Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca dan (Kadang-kadang) Menulis di karlawulaniyati.com

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berlomba dengan Mentari

14 Desember 2018   11:05 Diperbarui: 14 Desember 2018   11:29 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat ini saya ingin berbagi tentang keberkahan dan kesyukuran dari hal yang saya tangkap di keseharian. Berbagi cerita dalam menjalani kehidupan seorang manusia yang berusaha menangkap pembelajaran yang diberikan alam. 

Aktifitas saya biasanya dimulai saat mentari sudah memberikan selimut hangatnya, tapi pagi itu kendaraan sudah membelah jalan ikut riuh mengikuti skenario kehidupan saat buana masih temaram.


Di tengah jalan mata saya tertahan dan terpaku melihat sepasang suami istri berboncengan, pemandangan biasa memang tapi ada hal yang menarik sehingga membuat mata menelisik.

Baju, tepatnya warna baju keduanya yang sama dan sangat khas yang pasti dikenali masyarakat kita. Warna orange, pakaian khas para petugas kebersihan. Mereka sering disapa pasukan orange. Sepagi ini mereka sudah harus keluar rumah. Mengalahkan rasa kantuk, meninggalkan anak yang mungkin masih terlelap dimanjakan sejuk hawa subuh.


Tanpa mengeluh mereka mengerjakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Membersihkan guguran daun yang sudah habis masa tugasnya dengan memberikan oksigen sebagai hirupan penunjang hidup manusia, membersihkan buangan sampah yang dibuang orang secara sembarangan tanpa mengerti bagaimana pentingnya sekedar membuang sampah pada tempatnya. Sampah yang berasal dari orang berkendaraan yang seenaknya membuang sisa makan atau minum, sampah puntung rokok yang menyisakan zona penyaringan dilempar dengan sentilan jari tidak lupa dibersihkan.


Para pasukan orange tak bosan  menyapu dengan waktu bekerja dimulai sangat pagi seakan berlomba dengan mentari yang bertugas menerangi semesta.


Saya sering memperhatikan mereka. Guratan lelah tidak bisa dibohongi, bekerja hingga kebersihan area yang menjadi tanggungjawab mereka bersih dan menawan. Mereka bergulat dengan debu, asap kendaraan, terik mentari tapi mereka  berkenan dan bahagia menjalaninya.  


Sangkaan akan kesusahan menjalani hidup sering disematkan kepada orang yang harus bekerja keras dengan tenaga. Bagi yang sudah mengerti kondisi yang disangkakan bahwa mereka sengsara,  pada hakekatnya justru harga yang dibayar untuk melangkah ke surga.


Kesusahan adalah kendaraan, kesengsaraan adalah bahan bakar yang akan mengantarkan ke sebaik-baik tempat di akherat kelak.


Orang yang mengerti suguhan apapun yang Alloh berikan adalah hal terbaik untuk dirinya tidak akan meminta untuk mengeluarkan dirinya dari kondisi yang terlihat oleh manusia sebagai kesusahan dan kesengsaraan.


Jangan meminta Alloh untuk mengeluarkanmu dari satu kondisi agar kau bisa dipekerjakan-Nya. Jika memang Dia menghendaki, niscaya Dia akan mempekerjakanmu tanpa harus mengeluarkanmu dari kondisi itu. (Ibnu Athaillah Al Iskandari)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun