Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca dan (Kadang-kadang) Menulis di karlawulaniyati.com

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lebih Baik Berhenti Saja Menulisnya

13 Desember 2018   07:34 Diperbarui: 12 Januari 2019   17:11 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia kepenulisan ternyata tidak seperti apa yang saya bayangkan. Banyak celah yang harus ditelusuri. Persis seperti memasuki labirin. Membingungkan dan banyak jalan yang harus dipilih. Kalau salah pilih akan menuntun ke tempat yang buntu.

Tidak usah yang tinggi seperti mahir dalam satu genre penulisan, untuk sekedar memilih kata saja saya sudah merasa seperti masuk ke labirin yang bercabang banyak. Salah memilihnya, bisa-bisa berhenti dan selesai karena tidak sampai ke tujuan.

Belum lagi kalau ingin tulisannya diakui baik oleh pembaca dalam hal ini diapresiasi dengan vote, komen dan dibaca oleh banyak orang. Juga apresiasi oleh editor yang disematkan sebagai pilihan, terpopuler, angka tertinggi, feature article atau malah artikel utama yang akan terpajang terus beberapa lama di konten kompasiana. Hal itu seperti masuk ke labirin sangat kompleks karena satu hal yang tidak mudah.

Dari awal harus memiliki judul yang membuat pembaca tertarik --- kalau editor pasti membacanya bagaimanapun hasil tulisan yang dieksekusi --- dan itu bukan hal yang mudah. Belum lagi memilih kalimat awal yang harus betul-betul membuat pembaca makin tertarik untuk melanjutkan membaca yang membuat terus dibaca hingga artikel selesai. Hal itu seperti detik awal yang menentukan.

Belum lagi masalah kaidah penulisan yang harus dikuasai. Tidak harus yang rumit, cara penulisan sesuai kaidah PUEBI dan kata sesuai KBBI saja masih banyak yang belum saya kuasai.

Maka lebih baik berhenti saja menulisnya menurut saya adalah alasan paling masuk akal untuk saya ambil. Sampai tadi malam, berhenti menulis masih kuat menjadi pilihan, apalagi setelah saya cari nama saya di search engine dan muncul tulisan yang pernah saya tulis, yang ada saya malah malu sendiri membacanya, karena jangankan untuk menjadi satu karya abadi, untuk tergolong menjadi tulisan yang baik saja masih harus banyak belajar.

Hal di atas adalah keadaan yang tidak sekali saya alami. Berkali-kali, ingin berhenti saja belajar kepenulisan dan menulis agar tidak merasa sia-sia melakukan yang ternyata bukan menjadi bagian dan bakat saya. Bahkan sampai tadi malam masih berkeinginan berhenti menulis saja.

Lalu saya ingat, kenapa saya belajar dan menulis. Jawabannya karena saya suka dan mencintai membaca dan menulis. Berkali-kali saya bilang membaca dan menulis adalah kecintaan.

Cinta selalu perlu pembuktian. Ingin berhenti belajar kepenulisan dan menulis adalah satu bentuk kesulitan. Kalau memang cinta jangan menyerah, jadikan saja bumbu yang akan memperkaya rasa jejak kepenulisan kita.

Jangan juga berhenti belajar karena hidup tidak akan berhenti memberikan pelajaran. Kegagalan akan menjadi keberhasilan jika kita belajar dari kegagalan itu.

Saat dalam posisi ingin menyerah yang harus dilakukan hanya beri waktu sesaat lalu belajar lagi dan menulis lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun