Pagi ini saya ingin menuliskan serial penulis pemula. Menghadapi perasaan gagal saat tulisannya dinilai kurang berhasil bahkan buruk.
Saat seorang penulis pemula baru coba-coba menulis yang sederhana, baik isi, alur, penjelasan, jenis penulisan kemudian mendapat respon yang kurang bagus seperti sepi like atau pembaca maka tidak akan terlalu berpengaruh.
Tetapi saat menulis sudah melakukan beberapa tahap penulisan seperti research, memikirkan ide, menulis dan mengedit yang cukup lama bahkan begadang lalu respon yang didapat setelah dieksekusi sepi like atau pembaca, saat itulah perasaan gagal akan muncul.
Mood menulis langsung turun bahkan hilang karena sudah mengorbankan banyak hal dan bekerja kerja keras tapi hasilnya mengecewakan.
Perasaan gagal pasti mendominasi, jangankan belajar agar lebih baik, untuk menulis kembali pun sudah tidak mau mencoba lagi, malah langsung berhenti saja kegiatan menulisnya. Saya sering merasakan hal ini.
Agar mood kita kembali baik yang harus dilakukan adalah berkompromi dengan diri sendiri, menerima bahwa tulisan kita memang belum bagus, kemudian pelajari lagi tentang hal kepenulisan, dan yang terpenting menulis kembali, banyak membaca dan juga banyak menulis.
Berikut adalah tiga hal yang bisa penulis pemula dapat lakukan dalam menghadapi perasaan gagal dalam menulis.
1. Kegagalan adalah hal positif
Bagaimana mungkin suatu kegagalan adalah hal yang positif?
Tentu saja bisa jika dilihat dari sisi positif. Kegagalan terlihat menjadi  hal yang negatif kalau melihatnya dari sisi negatif.
Kegagalan akan menjadi positif karena kegagalan adalah penyempurna suatu keberhasilan dan kesuksesan. Jika kita gagal artinya kita melakukan suatu proses, jika tidak melakukan apa-apa sudah pasti tidak akan gagal tapi juga tidak akan meraih apapun.
The only man who never make a mistake is the man who never does anything. (Theodore Roosevelt)