Mohon tunggu...
Karizal Tri Sabana
Karizal Tri Sabana Mohon Tunggu... Penulis - Karizalts

Pembelajar Journalist CP : 082295374422 @karizal_sabana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Merdeka Belajar" Solusi Problematika Pembelajaran

6 April 2020   09:24 Diperbarui: 6 April 2020   09:55 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun di Indonesia semua siswa seakan disamaratakan kemampuannya dengan kurikulum yang ada. Semua siswa diajari dan harus bisapelajaran tertentu, padahal tidak semua siswa suka dengan pelajaran tertentu.

Kurikulum yang ada saat ini mengharuskan siswa bisa menguasai salah satu matapelajaran tertentu padahal disaat lulus nanti hanya 5% dari pelajaran itu yangbisa diterapkan di kehidupan sehari-hari.

Jadi jika kita bandingkan dengan negara-negara lain, kurikulum di Indonesia ini begitu  memberatkan objek kajiannya atau siswa-siswinya. Keadaan yang demikian merupakan fakta miris sistem pendidikan di Indonesia yang tentunya perlu mendapatkan perhatian dari Pemerintah.

Seperti yang kita ketahui bahwasanya keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi, maka akan sangat perlu untuk mengembangkan dan menerapkan kemampuan berkarya, memahami dan berkolaborasi bukan kemampuan menghafal. Utamakan pendidikan moral serta etika untuk menghasilkan generasi yang memiliki karakter kuat.

Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwasanya selama ini ada perspektif bahwa ganti menteri ganti kurikulum, telah  menjadi sesuatu yang nyata. 

Kebijakan "Merdeka Belajar" yang dicanangkan oleh Mendikbud dianggap masyarakat sebagai langkah yang tepat untuk menjalankan amanat perombakan kurikulum. 

Mendikbud dinilai sebagai nakhoda baru yang dapat melakukan percepatan perubahan dalam dunia pendidikan untuk masa depan. Perjalanan Mendikbud saat ini dalam mengembangkan teknologi berbasis sistem aplikasi diharapkan dapat diimplementasikan ke dalam dunia pendidikan, termasuk perubahan kurikulum. 

Akan tetapi sangat perlu untuk dipahami bahwa kurikulum hanyalah dokumen dan benda mati. Sebaik apa pun kurikulum yang diterapkan, saya rasa tidak akan terlalu signifikan berdampak dan memberikan perubahan terhadap kualitas pendidikan manakala yang menjalankan kurikulum, yaitu guru, tidak ditingkatkan kualitasnya. Sebab guru tidaklah hanya di pandang sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi guru juga sebagai pengembang kurikulum di kelasnya. 

Secara konsep, paket kebijakan Mendikbud menurut saya sudah tepat. SDM unggul yang kritis, kolaboratif, komunikatif, kreatif, dan inovatif haruslah SDM yang merdeka. Walaupun demikian, implementasi dan aplikasipaket-paket kebijakan Merdeka Belajar ini memiliki tantangan yang tidak ringan.

Walter Moesly, seorang novelis Amerika Serikat mengatakan bahwa kemerdekaan adalah sebuah kondisi pikiran (freedom is state of mind). "Our bodies cannot knowabsolute freedom but our minds can". Tubuh kita tidakakan mampu mengetahui arti kemerdekaan secara mutlak tetapi pikiran kita mampu.

Maka dari itu, "Merdeka Belajar" diharapkan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah, terutama dalam hal kualitas guru, murid, dan kurikulum. Setidaknya, gebrakan ini dapat membebaskan pendidikan nasional kita dari belenggu pendidikan yang kaku, doktriner, dan terlalu mengabdi pada kehendak pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun