Mohon tunggu...
Karissa Fedelina Sutanto
Karissa Fedelina Sutanto Mohon Tunggu... Ilmuwan - Siswi SMA Kolese Loyola

Bio

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Transplantasi Organ Menyebabkan Kanker, Benarkah?

7 Oktober 2019   21:15 Diperbarui: 7 Oktober 2019   21:18 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Halo semua pembaca terhormat, berjumpa lagi dengan penulis yang satu ini. Penulis sekarang akan membawakan sebuah tema berupa "Sejauh mana kamu setuju bahwa transplantasi organ pada manusia dapat memicu terjadinya kanker?" Sebelum masuk ke dalam tema itu, penulis akan menjelaskan apa itu organ, transplantasi organ, dan kanker secara bertahap.

Organ adalah kumpulan jaringan dari suatu organisme yang biasanya mandiri dan memiliki fungsi vital tertentu, seperti jantung, otak, hati, paru-paru, usus halus, dan masih banyak lagi pada manusia. Transplantasi yang paling sering dilakukan adalah transplantasi ginjal. Sedangkan yang paling jarang dilakukan adalah transplantasi usus halus. Dan organ itu dapat mengalami kerusakan, mungkin juga bisa menjadi fatal. Salah satu cara untuk mengatasi kerusakan pada organ, yaitu dengan transplantasi organ.

Transplantasi organ memiliki beberapa dasar hukum. Salah satu dasar hukum dapat diambil dari Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal-pasalnya dapat  berupa pasal 64 ayat (1), (2), dan (3); pasal 65 (1), (2), dan (3); dan pasal 66.

Transplantasi organ adalah sebuah prosedur medis dimana organ dikeluarkan dari satu tubuh pendonor dan ditempatkan di tubuh penerima, untuk menggantikan organ yang rusak atau hilang. Organ  ini dapat diambil dari orang yang masih hidup dan rela mendonor organ mereka untuk orang yang lebih membutuhkan. Atau bisa juga dari orang yang sudah meninggal, tetapi memiliki organ yang masih berfungsi dan bekerja dengan baik. Namun, apa transplantasi organ itu menguntungkan? Atau mungkin memiliki resiko atau efek samping yang lebih jauh berbahaya? Sekarang penulis akan membahas hal itu.

Keuntungan dari transplantasi organ adalah menyelamatkan orang yang sangat membutuhkan organ pengganti dan juga untuk menghindari orang itu dari kematian, apalagi saat orang itu masih muda. Akan tetapi, tidak semua hal itu hanya mempunyai sisi baik, pasti juga memiliki sisi buruk. Maksud dari sisi baiknya adalah keuntungan transplantasi organ di atas dan sisi buruknya adalah resiko dari transplantasi organ. Resiko langsung dari operasi adalah rasa sakit, infeksi, hernia, perdarahan, pembekuan darah, komplikasi luka, dan kanker. Dan resiko yang paling berbahaya adalah kanker. Mengapa kanker yang paling berbahaya?

Menurut penulis jawaban yang paling tepat adalah harus mengetahui apa itu kanker dan dampak yang diberikan. Kanker adalah sekelompok penyakit yang melibatkan (atau kata yang lebih tepat sebenarnya adalah disebabkan) pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali dengan potensi untuk menyerang atau merusak sel normal di sekitarnya dan menyebar juga ke seluruh bagian dalam tubuh lainnya. Kanker adalah penyakit paling berbahaya karena kanker menyebabkan kematian kedua terbanyak di seluruh dunia. Dan sering menyebabkan kematian karena kanker itu tidak menimbulkan gejala pada saat perkembangannya bagian awal, tetapi baru bisa diketahui atau terdeteksi dan diobati setelah mencapai stadium lanjut. Sehingga saat mau diobati bisa sembuh atau bisa juga terlambat. Jadi, dapat diketahui bahwa kematian adalah dampak yang paling mengerikan dari kanker.

Jadi dari penjelasan tersebut, kita dapat mengetahui apa itu transplantasi organ dan kanker. Serta apa hubungan dari kedua hal itu. Tetapi apa yang menyebabkan transplantasi organ itu bisa menjadi kanker? Ternyata, penulis telah mencari dan menemukan beberapa bukti dan alasan mengapa bisa terjadi.

Studi telah membuktikan bahwa penerima transplantasi organ memiliki resiko tinggi untuk mendapatkan 32 jenis kanker yang berbeda. Pada 2010, lebih dari 28.000 transplantasi organ dilakukan di AS, termasuk 16.899 ginjal, 6.291 hati, 2.333 jantung, dan 1.770 transplantasi paru-paru. Penerima transplantasi diketahui memiliki resiko lebih tinggi untuk mendapatkan kanker daripada populasi umum.

Para peneliti menemukan dua kali lipat peningkatan resiko kanker secara keseluruhan di antara penerima transplantasi. Mereka mencatat bahwa peningkatan risiko berupa 32 jenis kanker yang berbeda, beberapa diketahui berhubungan dengan agen infeksi (seperti kanker dubur dan sarkoma Kaposi) dan lainnya yang tidak terkait dengan infeksi (seperti melanoma dan kanker tiroid). Kanker yang paling umum di antara penerima transplantasi adalah limfoma non-Hodgkin (14% dari semua kanker pada penerima transplantasi), kanker paru-paru (13%), kanker hati (9%) dan kanker ginjal (7%).

Resiko kanker dipengaruhi oleh jenis transplantasi. Resiko kanker paru-paru, misalnya, paling tinggi pada penerima paru-paru. Penyakit yang berhubungan dengan merokok sering menjadi alasan untuk transplantasi paru-paru, dan kanker paru-paru biasanya timbul pada paru-paru yang sakit daripada yang ditransplantasikan. Resiko kanker hati meningkat hanya di antara penerima hati. Itu mungkin sebagian besar dijelaskan oleh infeksi hepatitis B atau mungkin C di hati yang ditransplantasikan atau oleh fakta bahwa diabetes adalah umum di antara penerima transplantasi. Sebaliknya, resiko kanker ginjal meningkat untuk semua penerima.

"Sementara transplantasi adalah terapi penyelamatan hidup untuk pasien dengan penyakit organ stadium akhir, itu juga menempatkan penerima pada resiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan kanker, sebagian karena obat yang diberikan untuk menekan sistem kekebalan tubuh dan mencegah penolakan organ," Engels kata. "Resiko kanker di antara penerima transplantasi mirip dengan orang dengan infeksi HIV, yang risikonya meningkat untuk kanker terkait infeksi karena imunosupresi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun