Mohon tunggu...
Karina Rizki
Karina Rizki Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Psikolog Klinis RSUD dr. Harjono S. Ponorogo, Psikolog PUSPAGA Dinsos P3A Ponorogo, Anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Deteksi Dini Kecenderungan Disleksia pada Anak

13 Oktober 2020   11:33 Diperbarui: 13 Oktober 2020   11:39 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi disleksia. www.wikihow.com

Pada usia 5 tahun, El telah mahir berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dibandingkan anak -- anak seusianya. Sebuah pencapaian yang luar biasa dari seorang anak yang mengidap disleksia. Anak yang kini telah duduk di kelas dua disalah satu Sekolah Dasar Negeri di Ponorogo ini bahkan tidak mampu mengingat abjad dari A sampai Z.

Disleksia merupakan gangguan perkembangan saraf yang mengakibatkan pengidapnya mengalami keterlambatan dan ketidakakuratan dalam pengenalan kata (Peterson & Pennington, 2012).

Disleksia juga merupakan sebuah ganggun perkembangan membaca dan menulis yang umumnya terjadi pada anak yang menginjak usia 7 -- 8 tahun, namun sudah tampak gejalanya sejak usia balita. Sehingga paling umum dikenal dengan gangguan membaca.

Seseorang dengan disleksia akan kesulitan dalam membaca atau menulis dalam tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Anak yang mengidap disleksia memiliki gangguan pada otak yaitu dalam mengolah dan memproses informasi berupa tulisan.

Menurut Loeziana (2017) umunya disleksia dapat dideteksi pada anak usia 1 -- 2 tahun dikarenakan anak mulai memasuki usia sekolah. Perbedaan yang muncul seperti lamban dalam mengeja kata serta sulit membedakan abjad dibandingkan dengan anak-anak seusianya dapat dijadikan ciri -- ciri seorang anak mengidap disleksia.

Disleksia diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu trauma dyslexia, primary dyslexia, secondary dyslexia, visual dyslexia, dan auditory dyslexia (National Institute for Neurological Disorder and Stroke in Ikediashi, 2012).

  • Trauma dyslexia berkaitan dengan gangguan kemampuan membaca dan menulis yang diakibatkan cedera pada area otak.
  • Primary dyslexia berkaitan dengan kelainan atau gangguan pada otak sebelah kiri (cerebral cortex) yang disebabkan oleh keturunan atau gen keluarga. Jenis ini sering ditemukan pada anak laki-laki.
  • Secondary dyslexia berkaitan dengan perkembangan hormon selama masa awal perkembangan janin. Namun, pada jenis ini, kelainan akan berkurang sejalan dengan bertumbuhnya anak menjadi dewasa. Jenis ini juga sering dialami oleh anak laki-laki.
  • Visual dyslexia berkaitan dengan lemahnya kemampuan anak dalam membaca dan menulis dengan urutan yang benar. Pada jenis ini, anak akan membaca abjad dan angka secara terbalik dan menulis dalam urutan yang salah.
  • Auditory dyslexia berkaitan dengan lemahnya kemampuan anak dalam mendengarkan ucapan orang lain. Anak akan menganggap kata yang didengarnya tidak benar karena suara dari setiap abjad terdengar acak.

Pada kondisi El, kelainan yang dialaminya adalah visual dyslexia . El, seorang penyandang disleksia yang kini berusia 9 tahun mulai memperlihatkan tanda -- tanda ketika usia 6 tahun. El mengalami beberapa keadaan yang berbeda dengan anak-anak seusianya seperti:

  • Kesulitan mengenali beberapa huruf, terutama pada huruf b, d, g, q, p, n, m.
  • Kesulitan dalam menulis namanya sendiri, seperti kekurangan huruf saat menulis namanya sendiri.
  • Kesulitan mengeja
  • Lamban dalam membaca, menulis, bahkan menyalin tulisan
  • Kesulitan mengenali beberapa angka dan menulis secara terbalik, terutama pada angka 2, 5, 6, dan 9.

Kondisi tersebut diperparah dengan sikap guru sekolah El yang menyebut jika dirinya tidak pandai. Tidak ingin sang anak mengalami kesulitan lebih lama, orang tua El mencari tahu dengan melakukan pemeriksaan ke tempat praktek saya.

Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan psikologis, akhirnya orang tua El mengetahui jika sang anak menderita disleksia. Seacara umum El tidak ada masalah dengan intelegensinya, IQ El berada pada taraf rata -- rata atas. Hanya saja dia mengalami kesulitan dalam mengenali huruf, mengenali angka, mengeja, dan membaca.

Bagi para orang tua, penting untuk mengenali kondisi anak secara lebih menyeluruh. Pendeteksian dileksia secara dini akan membantu dalam mengatasi kesulitan anak sekaligus menghindari dampak negatif yang muncul dengan melakukan penanganan yang sesuai.

Lidwina (2012) mengatakan bahwa semua anak memiliki potensi untuk mengidap disleksia sehingga orang tua wajib memperhatikan segala gejala yang mengarah pada disleksia. Gejala yang muncul pada anak yang mengidap disleksia pun beragam, tergantung usia dan tingkat kesulitan yang dialami pengidap disleksia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun