Mohon tunggu...
Tiara Karina Pandiangan
Tiara Karina Pandiangan Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMAN 28 Jakarta

in Saus und Braus leben

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Cerpen: Jurnal, Waltz, dan Perbukitan Manchuria

26 November 2020   11:24 Diperbarui: 26 November 2020   12:13 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Warfare History Network

Musim panas yang cerah dan angin sepoi-sepoi yang lembut membuat Ekaterina ingin memilah-milah dan membongkar gudang rumahnya. Keluarganya telah menempati rumah keduanya ini selama berpuluh-puluh tahun. 

Rumahnya yang ini berada di Hokkaido, dan rumah yang satunya berada di Moskow. Ia sudah terbiasa berbolak-balik dari Rusia ke Jepang; dan untuk tiga tahun ini ia memutuskan untuk tinggal di Jepang saja, hanya karena ingin dekat dengan kawan sejak kecilnya, Ichika.

Ichika menemani Ekaterina membongkar gudangnya. Ia menopang kepalanya di telapak tangannya sembari menonton kawannya memilah-milah vinyl dan CD, menonton saja, tidak ikut membantu. Ekaterina dengan hati-hati menaruh tumpukan vinyl di lantai, lalu mengikat rambut pirangnya yang panjang itu.

"Mendingan kamu bantu, Ichi..." Ekaterina berkata sembari mengobservasi satu-satu vinyl tersebut.

"Emangnya kamu ngapain, sih?" Ichika bertanya dengan rasa penasaran.

"Nyari waltz-waltz tua yang disimpan ayah."

"Waltz? Buat apa? Kenapa harus ngebongkar? Padahal kan di internet banyak, kamu tinggal ketik terus klik aja. 'Kan nggak susah, daripada begini, berdebu- uhuk!" Ichika yang sedang banyak bertanya bak wartawan terpotong oleh awan debu yang terhempas ke wajahnya, akibat Ekaterina membanting vinyl-vinyl tersebut di meja, di depan Ichika. "Uhuk- mana gak sayang barang, pula."

"Bukan barang aku ini." Ekaterina menjawab dengan santai, dengan perasaan acuh-tak-acuh.

Perkataan Ekaterina membuat Ichika sedikit kesal. Ichika pun mulai cerewet lagi. "Oi, itu barang lama. Mahal, tahu! Apalagi itu punya ayahmu, kan? Nanti ayahmu-"

"Nah, ini dia." Sekali lagi, perkataan Ichika terpotong karena ulah kawan pirangnya itu. Ia mengangkat suatu vinyl dengan tatapan puas dan bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun