Mohon tunggu...
Karina RizkiMaharani
Karina RizkiMaharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Sciences Student

Hi I am currently pursuing a Bachelor's Degree in Pelita Harapan University. Nice to meet you!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konstruksi Sosial Mengenai Kecantikan yang Terbentuk karena Media Sosial?

6 Maret 2021   02:18 Diperbarui: 6 Maret 2021   02:29 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hidup di zaman serba digital, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan istilah media sosial. Media sosial menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, media sosial adalah media yang digunakan oleh konsumen untuk berbagi teks, gambar, suara, video dan informasi baik dengan orang lain maupun perusahaan dan vice versa. Ini artinya, media sosial merupakan sebuah platform untuk kita, sebagai manusia, berkomunikasi dengan sesama dengan membagikan teks, gambar, suara dan video.

Tentunya, kehadiran media sosial sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif, akan tetapi dengan berkembangnya kemampuan manusia dalam mengolah informasi digital, media sosial dapat menjadi tempat berkembangnya hal-hal yang negatif. Salah satunya adalah bagaimana konstruksi sosial mengenai kecantikan terbentuk dalam media sosial.

Semakin mudahnya kita sebagai audiens dalam mencari informasi dan sebagai agen informasi dalam membagikan informasi, kita semakin mudah juga dalam terpapar informasi karena dengan mudahnya kita bisa mengakses itu semua. Media sosial menjadi salah satu media yang memengaruhi bagaimana cara pandang kita terhadap suatu hal, salah satunya adalah kecantikan dan kekayaan.

Mungkin kita banyak melihat di media sosial seperti Instagram, banyak orang yang men-share foto diri mereka, saat mereka liburan, barang-barang mahal, dan lain sebagainya. Sehingga banyak orang lain yang merasa kalau hidupnya tidak sebahagia orang tersebut, ini membuat standar kebahagiaan orang-orang menjadi ditakar, dan berbeda dari sebelumnya, sebelum media sosial ditemukan. Kesadaran palsu yang dapat dimiliki audiens ini akan berbahaya untuk jangka panjang secara psikologis. Salah satu contohnya adalah bagaimana kita terus meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita akan bisa 'bahagia' jika kita punya barang-barang branded, punya badan yang dianggap bagus oleh media mainstream sekarang ini, punya kulit yang putih, dan lain-lain. Ini merupakan hal yang dapat membahayakan kewarasan diri kita. Bahwa kita selalu merasa kalau diri kita selalu kurang, tidak cukup dengan apa yang kita miliki. Padahal, setiap manusia memiliki sisi keunikannya masing-masing. Yang mengatakan bahwa kebahagiaan datang dari hal-hal yang kita tidak punya, maka tidak akan pernah merasa cukup dalam hidupnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun