Mohon tunggu...
Karimah Jannah
Karimah Jannah Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tebuailah Ripah

24 Juli 2017   15:33 Diperbarui: 24 Juli 2017   15:46 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ripah gempar. Kasak-kusuk yang beredar, Presiden akan datang ke Ripah bertepatan dengan pembukaan musim tanam sepekan lagi. Jarang-jarang ada orang besar dari Jakarta mengunjungi Ripah, apalagi ini orang nomor satu di Republik. Ripah jauh dari pusat negara, jumlah penduduknya pun tidak besar. Kalaulah sekarang ada orang besar datang ke Ripah, pastilah orang yang datang itu orang yang tulus hati dan tidak peduli dengan berapa banyak suara yang akan ia dapat di pemilu nanti. Begitu pikir banyak orang Ripah.  Salah satunya adalah Manjo.

"Prisiden datang ke Ripah, di Lapangan Pasir Himpit. Bapidato dia di sana ahad, Mak..," semangat betul Manjo bercerita pada Mak Husin.

"Prisiden apa, Jo?" sela Mak Husin.

"Eeeh Mak, yang sering kita itu lihat ada di tipi. Kabarnya, bagi-bagi dia traktor ke kita orang Ripah. Jadi bisa pensiunkan itu Arong dan Aring dari bajak Mak punya sawah," Manjo menggebu.

"Panas Kau Jo, berapapun Prisiden itu kasih krator, Arong Aring tidak akan pensiun," ujar Mak Husin belepotan. Manjo menggerutu, menjual kerbau hari-hari ini harganya mahal tapi apa daya dirinya jikalau Mak Husin sudah paten dengan kerbau-kerbaunya.

 ***

Ahad, Lapangan Pasir Himpit dipadati manusia. Banyak polisi dan laki-laki tegap berbaju hitam siaga berjaga. Presiden akan meyampaikan sepatah dua patah kata menyambut musim tanam yang baru di Ripah. Kabar bahwa Presiden akan membagikan traktor-traktor kepada orang Ripah ternyata juga bukan isapan jempol. Sejak dua hari lalu, ratusan traktor merah sudah berjajar rapi di sepanjang jalan Ripah. Sejak hari itu pula, perdagangan kerbau di Ongen, pusat niaga hewan ternak mulai meningkat dari biasanya. Banyak orang Ripah mulai ancang-ancang menjual kerbau-kerbaunya. Beberapa sudah benar-benar menjual kerbau-kerbaunya. Mumpung harga masih mahal, jika nanti banyak yang berbondong-bondong menjual harga pasti akan perlahan turun. Begitu pikir mereka.

Sorak-sorai menyeruak ketika rombongan Presiden tiba. Nama Presiden dielu-elukan oleh mereka yang memadati Lapangan Pasir Himpit. Banyak yang ingin mendekat ke podium utama, melihat wajah presidennya dari jarak dekat. Apalah daya, pasrahlah ketika barisan berbadan tegap dengan seragam hitam-hitamnya sudah menghadang.

Manjo yang begitu antusias dengan kedatangan Presiden dari awal justru telat bangun. Ia pulang lewat tengah malam setelah membantu Mak Saleh, pamannya yang lain yang tidak lain adalah adik dari Mak Husin untuk mempersiapkan sawah yang akan digunakan Presiden untuk penanaman benih Padi secara simbolis hari ini.

"Waaaaah, Mak tidak bangunkan saya awal-awal, telat Maaak lihat Presiden bapidato," ujar Manjo panik sambil bersiap-siap seadanya.

Mak Husin yang sedari awal memang tidak begitu antusias nampak cuek dan tersenyum kecut memperhatikan Manjo yang sedang kalang kabut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun