Mohon tunggu...
Karim Abdul Jabar
Karim Abdul Jabar Mohon Tunggu... -

Menulis Apa Saja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa yang Gantikan Presiden Jokowi?

15 Oktober 2017   10:57 Diperbarui: 15 Oktober 2017   11:12 2221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tempo lalu, Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) melakukan survey untuk mengetahui pilihan publik jika Pemilu dilakukan saat ini. Jika di lembaga survey lain angka elektabilitas Jokowi cukup tinggi melebihi 50%, yang artinya ia masih menjadi calon kuat dalam pertarungan Pilpres 2019. Namun, yang didapat dari hasil survey KedaiKOPI malah sebaliknya.

Dari hasil survey KedaiKOPI didapat hampir dari 50 persen masyarakat tidak akan memilih Jokowi. Dengan rincian responden yang memilih Jokowi sebesar 44,9 persen dan yang memilih opsi jawaban selain Jokowi ada 48,9 persen. Artinya, publik butuh figur atau nama yang baru untuk menjadi presiden. Nama-nama yang muncul dari responden selain Jokowi di antaranya Prabowo Subianto, Jenderal Gatot Nurmantyo, Tri Rismaharini, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Melihat hasil survey di atas, bukan tidak mungkin hasil Pilkada Jakarta kemarin terulang kembali. Di mana adanya sosok yang dari awal tidak terlalu diperhitungkan, namun lambut laun dan di akhir putaran malah memeroleh suara mengungguli petahana. 

Nama baru yang diinginkan publik untuk menjadi presiden tentu harus mempunyai kapabilitas dan tidak pernah tercoreng integritasnya, seperti korupsi, pelanggaran norma dan etika.

Jika ditelisik dari nama yang muncul dari hasil survey tersebut dan menghubungkannya dengan kriteria publik ada dua nama yang mempunyai kans yang cukup besar, yaitu Tri Rismaharini dan AHY. Prabowo Subianto tentu tak mudah lepas dari kejadian masa lalu yang terus menghantuinya. Lawan politik cenderung menggunakan kejadian tersebut untuk menyerangnya. 

Lain halnya dengan Jenderal Gatot. Ia belakangan kerap tampil di publik. Manuvernya sering diartikan sebagai langkah politik yang berujung kepada kontroversi. Posisinya sebagai Panglima TNI kemudian membuat publik berpikir bahwa ia caperuntuk menjadi capres.Ucapannya pun tak lepas dari perhatian, dan bahkan pernah memicu konflik antarinstitusi negara. 

Tri Rismaharini dan AHY adalah dua kandidat yang sama-sama tidak pernah dihantui masa lalu dan mempunyai rekam jejak yang bisa dibilang cukup cemerlang. Tri kerap disebut sebagai pemimpin yang mampu mengubah Kota Surabaya. Terobosan yang ia hasilkan tampak dan dirasakan publik. Sehingga namanya terus mengapung jika ada survey mengenai pemimpin di tingkat daerah atau nasional.

AHY memiliki rekam jejak yang cemerlang di kancah militer. Penghargaan prestisius berhasil ia capai selama berseragam TNI. Pilihannya untuk berhenti di TNI dan memulai perjalanan politik pada awalnya membuat orang meragukan kapabilitasnya. Meskipun ia gagal dalam Pilkada Jakarta, ia tidak begitu saja berhenti untuk mengabdi kepada negeri. Ia pun mendirikan The Yudhoyono Institute yang nantinya mencetak pemimpin untuk masa depan.  

Siapa pun nantinya yang akan menjadi presiden, masyarakat tentu menaruh harapan yang sangat besar. Persoalan yang tengah melanda bangsa dan negara bisa secepatnya teratasi. Hasilnya tentu tidak bisa instan dan butuh proses. Adanya pemimpin yang benar-benar diinginkan dan bekerja untuk masyarakat, sehingga semua elemen bangsa dapat bersinergi menuju Indonesia emas 2045.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun