Mohon tunggu...
Hanny Kardinata
Hanny Kardinata Mohon Tunggu... Desainer -

Pendiri situs pengarsipan Desain Grafis Indonesia (dgi.or.id), penulis buku Desain Grafis Indonesia dalam Pusaran Desain Grafis Dunia (2016).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengonstruksi Identitas Diri dengan Narasi

9 Juli 2017   15:35 Diperbarui: 10 Juli 2017   08:15 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fragmen Phaedrus dalam gulungan papirus dari abad ke-2 M. Sumber gambar: WikiCommons.

Mencari kebenaran lewat narasi

"We touched each other more easily---just kissed or held hands or hugged each other, though---nothing more than that.We didn't really talk much about being gay; most the time we just talked about ourselves." ---Sepenggal narasi Liza Winthrop, dalam novel Annie on My Mind, Nancy Garden, 1982

Liza Winthrop, mengenang perjumpaan pertamanya dengan Annie Kanyon suatu hari saat hujan deras di Metropolitan Museum of Art. Liza, 17 tahun, tinggal di lingkungan kelas atas Brooklyn Heights, sementara Annie yang seusia dengannya, tinggal di lingkungan kumuh di Manhattan. Liza belajar di sekolah swasta, Foster Academy dengan cita-cita bisa melanjutkan studinya ke MIT dan menjadi seorang arsitek. Annie pergi ke sekolah negeri dan berharap bisa kuliah di Universitas California, Berkeley untuk mengembangkan bakatnya sebagai penyanyi.

Meski latar belakang sosialnya berbeda, keduanya segera menjadi akrab. Menunggu hujan berhenti, mereka bercakap-cakap dengan berpura-pura memerankan sepasang ksatria yang bertunangan, seakan-akan dialognya berasal dari sebuah naskah yang ditulis khusus bagi mereka.

Namun peran yang mereka bawakan dalam dongeng itu kemudian berlanjut di keseharian mereka. Persahabatan Liza dan Annie bertumbuh seiring dengan adegan-adegan dramatis yang "disodorkan oleh naskah" itu, yang memungkinkan Liza mencermati perkembangan identitas seksualnya. Mereka terjalin intim dalam narasi fiksi yang mereka reka bersama, sampai tiba saatnya Annie menyangkalnya: "No, I don't want to do that with you any more... I don't want to pretend any more. You make me---want to be real."

Namun, saat Liza marah pada Annie, Annie berbalik kembali ke moda dongeng: "Maukah Putri Liza datang menumpang gerobak magis petani yang hina ini? Kami akan memperlihatkan kepadanya keajaiban kaum gipsi, burung camar, gua bersinar, dan Jembatan Triborouhg." Kegusaran Liza pun mereda dan betapa leganya ia mengetahui bahwa "hubungan mereka baik-baik saja". Realitas, tampaknya agak terlalu "keras" bagi keduanya dalam mengelola jalinan ketertarikan keduanya satu sama lain.

Begitu Liza mengucapkan kata-kata "I think I love you" ke Annie, ia menyadari, "Aku mendengar sendiri diriku mengatakannya, seakan-akan aku ini orang lain, tapi saat ucapan itu keluar, aku tahu lebih dari yang kuketahui sebelumnya bahwa kata-kata itu benar adanya'. Kasih sayangnya terhadap Annie rupanya belum disadarinya sampai ia mengucapkan kata-kata itu; pernyataan cintanya kepada Annie itu lalu membangunkan identitasnya sebagai perempuan yang jatuh cinta kepada perempuan lain.

Liza berulang kali menimbang ucapannya itu: "Segera sesudahnya, tak terasa berat lagi mengatakannya---pada diriku sendiri, maksudku juga seterusnya kepada Annie---dan menerima kata-kata yang sama dari Annie, 'It scares me, too, Annie... but not because I think it's wrong or anything---at least I don't think it's that. It's---it's mostly because it's so strong, the love and the friendship and every part of it.'"

Liburan Thanksgiving memberi kesempatan pada kedua anak perempuan itu untuk lebih dekat lagi dan menuntun kepada ciuman pertama mereka. Kepada Liza, Annie mengakui bahwa dia mengira dirinya gay. Liza pun menyadari bahwa meski pun dia selalu menganggap dirinya berbeda, tapi dia belum mengetahui orientasi seksualnya sampai ia jatuh cinta kepada Annie.

Ketika dua guru wanita Liza, Stevenson dan Widmer (yang tinggal bersama) pergi berlibur selama liburan musim semi, Liza menjadi relawan yang mengurusi rumah mereka. Kedua gadis itu tinggal bersama di rumah itu, namun dalam kejadian tak terduga, seorang administrator Foster menemukan keduanya bersama. Liza terpaksa menceritakan kepada keluarganya tentang hubungannya dengan Annie, dan kepala sekolahnya mengadakan pertemuan di antara dewan pengawas sekolah untuk mengeluarkan Liza. Ternyata dewan mendukung Liza dan mengizinkannya tetap bersekolah di situ, tapi kedua gurunya yang diketahui sebagai gay, dipecat.

Setelah awalnya kaget mengetahui gadis-gadis itu tinggal bersama di rumah mereka, kedua guru itu sangat mendukung dan berusaha meyakinkan Liza untuk tidak khawatir tentang pemecatan mereka. Namun munculnya sejumlah respons negatif terhadap dirinya, mendorong Liza akhirnya meninggalkan Annie. Kedua gadis itu berpisah dan masing-masing melanjutkan sekolahnya di negara bagian yang berjauhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun