Tulisan ini bukan untuk mengajarkan sikap materalisme, bukan pula untuk kita berambisi menumpuk harta keduniaan, apalagi untuk mengingatkan oknum pejabat, yang bisa menjabat karena mengeluarkan banyak uang.
Sebagai makhluk ekonomi manusia dalam hidupnya memang selalu dihiasi ambisi keduniaan, hasil maksimal dari usahanya, uang yang berlimpah di lemari dan buku tabungannya, bahkan intan permata di kotak lemari besarnya.
Namun sebagai makluk yang serakah, sebanyak apapun harta yang dititpkan-Nya saya yakin takan pernah bisa membuat manusia puas. Selalu ingin lagi dan lagi, diberi sepuluh minta seratus, di kasih seratus minta seribu. Begitulah seterusnya sampai keinginannya berhenti di akhiri kematian.
Oleh karena itu seberapa pun orang melihat dirinya kaya dan berkecukupan, tetaplah ia akan merasa kurang. Senantiasa ingin menumpuk harta sebanyak-banyaknya, hingga tak ayal sampai tak perduli halal dan haram. Tidak ada kepuasaan bagi manusia, kecuali bagi mereka yang di berikan kekuatan iman, dan memahami dengan baik akan pentingnya makna syukur.
Sebagai makluk yang berakal kita memang harus senantiasa takut mengalami kerugian. Kita harus senantiasa sadar bahwa dunia hanya persinggahan, raga hanya tempat ruh, harta dan istri cantik jelita kita hanya titipan.
Sebagai manusia yang senantiasa berusaha sekuat tenaga menumpuk harta keduniaan, kita memang harus senantiasa merasa takut rugi.
Jangan sampai harta yang terus-terusan kita perjuangkan untuk meraihnya, setelah Allah percaya mengamanatkannya pada kita, justru dengan harta tersebut kita lupa, kita sombong, dan  angkuh hingga akhirnya syurga haram bagi kita. "Tidak akan masuk syurga orang yang didalam hatinya terdapat sifat sombong walaupun sebesar biji zarah (atom)" (HR. Muslim 2/89 dan At Tirmidzi 3/243)
Kita memang harus takut rugi !!!
Jangan sampai harta yang kita miliki di dunia tidak berguna untuk Akhirat kita. Jangan sampai anak yang kita rawat sejak kecil hingga dewasanya tidak menguntungkan untuk Akhirat kita.
Menghabiskan banyak waktu dan uang untuk menempuh pendidikan tinggi, setelah semua ilmu dan gelar dimiliki tidak mempermudah kita menumpuk pahala untuk bekal alam yang kekal.
