Mohon tunggu...
Fahri Firdausillah
Fahri Firdausillah Mohon Tunggu... -

Programmer yang masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kritik untuk Keluarga Cemara

15 Oktober 2018   09:30 Diperbarui: 15 Oktober 2018   09:39 3214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Keluarga Cemara adalah sinetron yang cukup terkenal dulu di era 90an. Sinetron ini bercerita tentang sebuah keluarga yang awalnya sangat kaya, namun kemudian bangkrut dan jatuh miskin. Abah, sang kepala keluarga dulunya adalah pengusaha yang cukup sukses, namun  karena sebuah fitnah akhirnya beliau bangkrut, aset pribadinya termasuk rumahnya disita, dan akhirnya mereka sekeluarga hidup secara sederhana di sebuah desa.

Setelah mengalami kebangkrutan, mereka sekeluarga tinggal di pedesaan di sebuah rumah kecil dengan hiasan sebuah empang di depan rumah. Sang abah yang dulunya pengusaha sukses pun beralih profesi menjadi tukang becak. Emak juga ikut membantu mencari uang dengan membuat opak yang kemudian dijual oleh anak-anaknya Euis dan Ara (Cemara).

Sinetron ini cukup populer dan banyak mendapatkan tanggapan positif karena banyak pesan moral yang bisa diambil. Diantaranya hidup dalam kesederhanaan juga bisa membawa kebahagiaan, kejujuran adalah hal yang paling utama dalam kehidupan, dan yang terpenting keluarga adalah tetap harta yang paling berharga.

Dari deskripsi di atas sepertinya tidak banyak yang bisa dikritik dari film (yang diangkat dari Novel dengan judul yang sama) tersebut. Namun setelah saya iseng-iseng mikir kok sepertinya ada yang janggal dari Film Keluarga Cemara tersebut. Antara lain:

  1. Abah adalah mantan pengusaha sukses, punya istri yang cantik, nggak banyak mengeluh dan mau membantu mencari penghasil, selain itu juga punya anak-anak yang pantang menyerah dan tidak malu berjualan sambil sekolah. Kalau memang  beliau dulunya pengusaha sukses berarti seharusnya beliau memiliki ilmu manajemen keuangan dan pemasaran yang cukup bagus. Dengan berbekal keluarga yang hampir sempurna secara mentalitas, kok saya berpikir bukan hal yang susah untuk bangkit kembali menjadi (tidak harus kaya tapi minimal) berkecukupan.
  2. Di depan rumahnya ada empang yang cukup besar, bisa digunakan untuk beternak ikan. Okelah awalnya mengayuh becak dan menjual opak memang diperlukan untuk mendapatkan modal awal, tapi setelah itu usaha beternak ikan sepertinya jauh lebih menjanjikan dibandingkan mengayuh becak.
  3. Abah adalah sosok pekerja keras, mantan pengusaha sukses, mampu menahan emosi, jujur, bisa berbahasa inggris dengan fasih, dan karakternya banyak disukai orang. Dengan profil seperti itu, saya pikir sangat mudah sekali mendapatkan kepercayaan orang lain untuk mendapatkan modal atau sekedar bekerja sama untuk membangun usaha kembali.
  4. Pada episode lanjutannya di tahun 2004, rumah keluarga cemara akhirnya dikembalikan namun dengan kondisi kosongan. Akhirnya mereka kembali ke rumah tersebut di Jakarta namun tetap harus bersusah payah mendapatkan penghasilan yang memadai. Kalau saya, daripada susah hidup dengan rumah besar dan kosong, mendingan itu rumah mewah di Jakarta tak jual, dan hasil penjualannya buat hidup di pedesaan. Di Jakarta rumah mantan pengusaha sukses anggap aja terjual semurah-murahnya 1 Milyar, atau okelah di tahun 2004 itu saya turunkan harganya jadi 500 Juta. Dengan uang sebanyak itu, buat biaya hidup di pedesaan sudah bisa digunakan buat renovasi rumah & modal usaha yang jauh lebih baik daripada harus pindah ke kota tapi bingung mau kerja apa.
  5. Bentar-bentar kok lama-lama saya jadi berpikir jangan-jangan salah satu pesan moral yang diberikan pada film ini adalah jadi orang jujur dan baik hati itu berat, sering dimanfaatkan orang lain, dan hidupnya ditakdirkan untuk susah.

Saya belum pernah nonton sinetron ini hingga episode terakhir. Terakhir kali saya menonton, nasib keluarga cemara ini masih gitu-gitu aja, nggak ada progres yang terlihat. Dulu saya selalu membayangkan mungkin di episode terakhir nantinya yang memfitnah tertangkap basah dan akhirnya semua kejayaan keluaga cemara dikembalikan and that's the happy ending. Tapi sekarang saya berpikir jika endingnya seperti itu jadi kurang greget.

Bagaimana Cerita Tersebut Seharusnya Berakhir?

Bukannya ingin merusak jalan cerita keluarga cemara, namun hanya ingin meningkatkan pesan moral dan inspirasi yang terkandung di dalamnya.

Jadi begini, menurut saya setelah sang Abah bangkrut dan akhirnya hidup di Pedesaan, beliau berusaha untuk mencari uang seadanya terlebih dahulu untuk bekal hidup secukupnya. Kemudian dengan dukungan dari harta yang paling berharga (yaitu keluarga) beliau kemudian membangun usaha lagi untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Bukan hanya itu, kejujuran dan kebaikan hati beliau bukan hanya mampu meningkatkan moril dan materiil internal keluarga, tapi juga mampu menginspirasi penduduk sekitar. Akhirnya ada beberapa tetangga yang terketuk hatinya untuk ikut membantu Abah, dan ternyata secara tidak langsung juga membantu mereka sendiri untuk memperoleh taraf kehidupan yang lebih baik.

Ada satu dua orang tetangga yang memanfaatkan kepolosan dan kejujuran keluarga cemara untuk menguntungkan diri mereka sendiri. Tapi dengan karakter abah dan keluarga cemara yang sangat kuat, orang-orang tersebut akhirnya sadar dan malah ikut membantu usaha mereka.

Pada akhirnya keluarga cemara memang tidak lagi menjadi orang kaya, tapi hidup mereka sudah berkecukupan. Lebih dari itu, keluarga cemara juga merubah perkampungan yang awalnya tertinggal, menjadi kampung swadaya. Keluarga cemara tidak lagi memerlukan harta dan jabatan untuk mendapatkan kebahagiaan, tapi justru kebahagiaan didapatkan dalam kesederhanaan dan kemampuan untuk menolong hidup orang lain menjadi  lebih baik. Keluarga cemara tidak lagi hanya milik Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil, tapi seluruh kampung sekarang menjadi keluarga mereka.

Lebih greget lagi di endingnya, akhirnya fitnah sudah terkuak. Usaha dan aset abah yang lama dikembalikan. Namun dengan bijak sang abah menolak, beliau mengatakan "Sewaktu saya kaya, saya punya segalanya. Tapi saya tidak pernah merasa sebahagia sekarang. Sudahlah perusahaan saya percayakan kepada xxx, dia orang baik dan saya yakin perusahaan akan semakin maju. Biarlah saya tetap hidup sederhana tapi bahagia dengan keluarga saya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun