Mohon tunggu...
Kanzi Pratama A.N
Kanzi Pratama A.N Mohon Tunggu... Lainnya - Salam hangat.

Jadikan membaca dan menulis sebagai budaya kaum intelektual dalam berpikir dan bertindak!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Opini: State Analysis Level

21 Oktober 2021   07:00 Diperbarui: 21 Oktober 2021   07:07 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Level analisis negara budaya politik suatu negara dapat memengaruhi perilaku politik sebab kebijakan luar negeri suatu negara mencerminkan budaya politik suatu bangsa. Konsep  budaya politik mewakili nilai-nilai tradisional yang dipegang teguh oleh masyarakat secara luas dan praktik-praktik fundamental yang lambat untuk berubah (Paquette, 2003; Jung, 2002). 

Seorang pemimpin cenderung merumuskan kebijakan sesuai budaya politik masyarakat akibat penguraian nilai-nilai tradisional serta menghindari munculnya reaksi negatif. Untuk itu, pemimpin tidak mengadopsi kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan budaya politik masyarakat setempat. 

Dalam menganalisis budaya politik suatu negara adalah dengan merasakan bagaimana perasaan kita saat menjadi diri mereka dan mejadi warga negara tersebut, bagaimana cara orang lain memandang mereka, apa saja peran negara dalam politik global dan bagaimana sikap dan perilaku mereka. Pada contoh kasus budaya politik Amerika dengan Tiongkok adalah keduanya menganggap negaranya paling  unggul. 

Di Amerika mereka disebut dengan American exceptionalism yang setuju jika nilai-nilai mereka mampu memberi efek positif  bagi orang lain. Di Tiongkok rasa unggul ini disebut dengan sinocentrisme. Kecenderungan orang Tiongkok dalam budaya politik adalah melihat negaranya sebagai pusat budaya dunia, sebagaimana diungkapkan oleh istilah "Zhong Gu" yang diartikan sebagai "tempat tengah" dan simbolisasi orang Tiongkok atas penggambaran dirinya. 

Orang Amerika dan Tiongkok memiliki keinginan untuk memengaruhi nilai-nilai mereka terhadap bangsa lain. Orang Amerika kerap dikatakan memiliki dorongan misionaris untuk mengembalikan citra Amerika di mata dunia. Konteks budaya politik, Amerika tidak hanya berupaya menghancurkan rezim lawan, akan tetapi mengubahnya menjadi pemerintahan demokratis. 

Selain itu, Amerika juga menyusun alokasi bantuan asing yang diberikan pada negara yang dekat dan mematuhi konsepsi Amerika mengenai hak asasi manusia. Tiongkok memproyeksikan nilai dengan cara yang berbeda. Tiongkok tidak pernah berupaya memaksakan  budayanya kepada bangsa lain. Bahkan saat Tiongkok mendominasi kekuatan dunia orientasi yang dituju adalah konfusianisme yakni memberi contoh bagaimana cara memimpin dibandingkan memaksa secara konversi.

Hal ini juga berkaitan dengan sikap sinosentrisme yakni "orang barbar" tidak cocok dengan tingginya cita-cita budaya Tiongkok dan akan lebih baik jika berjalan sesuai perkembangan zaman. Konsekuensi saat ini adalah orang Tiongkok sulit memahami alasan orang Amerika melalui upaya misionaris yang bersikeras menuding Tiongkok mengadopsi apa yang dilihatnya sebagai "foreign values" dan standar dalam berperilaku mengenai hak asasi manusia maupun isu-isu lain. Tiongkok merespon hal ini sebagai gangguan dan upaya menumbangkan Tiongkok.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun