Mohon tunggu...
Kanzi Pratama A.N
Kanzi Pratama A.N Mohon Tunggu... Lainnya - Salam hangat.

Jadikan membaca dan menulis sebagai budaya kaum intelektual dalam berpikir dan bertindak!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dinamika Kependudukan Ibu Kota

27 Desember 2020   07:00 Diperbarui: 26 April 2021   16:06 1610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daerah pemukiman di Jakarta. | kompas.com

Di kota-kota besar, fenomena yang sering terjadi adalah pertumbuhan penduduk yang pesat. Namun, umumnya pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut tidak diimbangi daya dukung yang mumpuni seperti fasilitas kesehatan dan pendidikan serta sarana olahraga. Pertumbuhan penduduk yang pesat dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi (urbanisasi, sirkulasi, ruralisasi dan tranmigrasi). 

Peningkatan arus urbanisasi di kota-kota besar didorong oleh kedudukan kota besar sebagai pusat penggerak perekonomian, khususnya industri sehingga dapat mendorong daerah-daerah disekitarnya untuk berkembang sesuai dengan teori trickle down effect. Tentu meningkatnya pertumbuhan penduduk akan menyebabkan berbagai permasalahan penduduk.

Sementara itu, kota-kota besar saat ini tidak mampu mengurangi permasalahan penduduk seperti: kebutuhan akan kesehatan, pemukiman, lapangan kerja sampai sanitasi. Akibat migrasi, dalam hal ini urbanisasi juga perlu dilihat melalui perspektif politik, sosial, budaya serta ekonomi. 

Di sisi lain kebutuhan akan tempat tinggal yang masif menimbulkan istilah pemukiman kumuh. Pemukiman kumuh pun dapat menandai ketidakmampuan kota dalam menyediakan fasilitas-fasilitas kehidupan masyarakat kota.

Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik tahun 2017 terdapat 445 RW kumuh. Walaupun demikian, hanya 200 RW yang akan dibangun dengan konsep Community Action Plan (CAP). CAP merupakan program penataan kampung kumuh di wilayah DKI Jakarta yang direncanakan oleh Gubernur Anies Baswedan. Tentu fenomena ini tidak hanya terjadi di DKI Jakarta, namun juga terjadi di kota-kota besar lainnya. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan beragamnya budaya karena penduduk bersifat heterogen. 

Perubahan di masyarakat dapat terjadi pada nilai, norma sosial, lembaga kemasyarakatan, interaksi sosial dan lain-lain. Dapat dikatakan bahwa masyarakat yang tinggal di kota-kota besar merupakan masyarakat yang cepat menerima dan melaksanakan perubahan. Meskipun demikian, kota tetaplah menjadi daya tarik besar bagi masyarakat urban. 

Baca Juga: Solusi Permasalahan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Faktor ekonomi terutama dalam mencari pekerjaan merupakan magnet terbesar bagi pendatang dalam mendorong tingginya arus urbanisasi. Setelahnya diikuti oleh faktor sosial dan budaya seperti sarana dan prasarana yang lengkap, kehidupan kota yang modern, kualitas pendidikan yang lebih berkualitas sampai ikon-ikon Jakarta yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Berdasarkan keterangan tersebut, masyarakat kota dapat disebut sebagai masyarakat yang responsif dan adaptif dengan segala perubahan. Adapun faktor internal yang mendorong masyarakat DKI Jakarta menjadi masyarakat yang responsif dan adaptif antara lain: menerima segala penemuan baru, baik invention dan discovery; komposisi penduduk yang beragam; cepat beradaptasi dengan perubahan yang singkat (revolusi). 

Faktor tersebut merupakan faktor penyebab perubahan budaya masyarakat DKI Jakarta. Pertama, DKI Jakarta merupakan ibukota Republik Indonesia, salah satu pusat dan percontohan pengembangan ilmu pengetahuan dan salah satu kota besar yang mampu mempengaruhi kota lain untuk berkembang. 

Kedua, komposisi penduduk DKI Jakarta berdasarkan kelompok umur didominasi oleh kelompok usia produktif 30-34 tahun dengan jumlah satu juta jiwa dan disusul kelompok usia 35-39 tahun dengan jumlah 983 ribu jiwa dan kelompok usia 25-29 tahun dengan jumlah 929 ribu jiwa (Data BPS, 2019). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun