Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Udang Tak Tahu Bungkuknya(?): Menguak Industri dengan Potensi Terbesar

13 Mei 2022   19:39 Diperbarui: 18 Mei 2022   04:53 2020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses sortir udang vaname di salah satu sentra tambak di Belinyu, Bangka, Senin (12/10/2020). (Foto: KOMPAS.com/HERU DAHNUR) 

Dengan luas daerah perairan sebanyak 81% dari total area dan garis pantai sepanjang 95.181 km, ada sebab negara kepulauan ini bisa menjadi kekuatan maritim terbesar di setiap titik sejarah. 

Moyang kita dari kerajaan besar mengingat laut, selat, dan sungai sebagai "halamannya"-- memusatkan peradaban mereka seputar poros yang mengalir. Demikianlah budi daya air merupakan tonggak kuat perekonomian--melewati rintangan waktu.

Dari banyaknya budi daya air yang sudah dijalani sebagai sumber pendapatan warga, budi daya udang (serta krustasea sejenis lainnya) menjadi salah satu tiang besar dalam industri ini. 

Dengan pasar udang global yang memiliki nilai mencapai US$ 17.9 Miliar di tahun 2020 (OEC, 2020) dan merepresentasikan 0.11% dari perdagangan dunia, tidak heran pemerintah menitikberatkan fokus pada  rencana program menaikan ekspor udang hingga 250% pada 2024. 

Posisi tanah air sendiri sebagai eksportir terbesar keempat di dunia di tahun 2020 juga memperlihatkan seberapa besar budi daya jenis krustasea ini menopang ekspor komoditas non migas. 

Semua fakta sebelumnya terdengar cukup kontradiktif apabila mengetahui bahwa produktivitas tambak udang di Indonesia masih sangat rendah di angka 0,6 ton per hektare. 

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, potensi lahan untuk perkembangan budidaya air payau (tambak) di Indonesia mencapai sekitar 2.964.331,24 hektar. 

Namun, hingga tahun 2017, penggunaan lahan budidaya udang baru mencapai 20% dari total potensinya yaitu sekitar 605.908.818 hektar, masih sangat terbuka untuk dikembangkan lahan untuk ekstensifikasi budidaya udang. 

Bagaimana bisa dengan produktivitas rendah, negara kepulauan ini menempati posisi eksportir udang terbesar keempat? Apakah mereka bisa merebut posisi sang juara pertama? 

Dan bagaimana kita bisa meranjak ke posisi tersebut? Pada paragraf yang akan datang, kita akan mengulik bersama pertanyaan-pertanyaan sebelumnya.

Sejarah singkat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun