Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dilema Seleksi PTN, Pelebaran Kesenjangan demi Meritokrasi Indonesia

25 Juni 2021   18:05 Diperbarui: 25 Juni 2021   18:19 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangkan apa yang akan terjadi jika kebijakan top class rank diterapkan secara luas oleh universitas-universitas terbaik di Indonesia. Artinya, universitas terkemuka hanya akan menerima siswa yang menempati peringkat sepuluh persen teratas dari peringkat kelas SMA mereka. 

Sistem ini mungkin hampir sama dengan SNMPTN. Namun, sistem SNMPTN sangat mempertimbangkan peringkat sekolah. Selain itu, kuota SNMPTN di universitas-universitas terbaik di Indonesia sangatlah kecil. Hal ini berbeda dengan kebijakan top class rank dimana proses seleksi ini menyumbang 75% kuota siswa di universitas negeri dan peringkat sekolah kurang dipertimbangkan.

Dengan menggunakan kebijakan ini, siswa-siswi SMA top akan kehilangan keuntungan mereka dalam proses penerimaan. Lulus di peringkat teratas SMA yang kualitasnya lebih rendah akan lebih baik daripada menyelesaikan dibawah peringkat teratas di SMA yang bagus. Akibatnya, insentif bagi orang tua untuk berkumpul di distrik SMA elit akan turun secara substansial. Dan insentif itu akan digantikan oleh insentif yang kuat untuk menyebar ke berbagai distrik sekolah lain.

Ketika keluarga berpenghasilan lebih tinggi pindah ke distrik sekolah dengan performa lebih rendah, mereka akan menghasilkan pendanaan yang lebih besar. Akibatnya, sekolah-sekolah yang berkinerja lebih rendah akan mendapatkan dukungan dari konstituen yang lebih kuat. Keluarga berpenghasilan lebih tinggi akan terus bersedia untuk memberikan sumbangan dan mendorong adanya donor, tetapi mereka akan melakukannya untuk sekolah yang peringkatnya lebih rendah.

Selain memperbaiki sekolah berkinerja rendah, masuknya keluarga berpenghasilan tinggi akan menciptakan manfaat penting lainnya bagi masyarakat yang kurang beruntung. Tingkat kemiskinan, pengangguran, dan kejahatan akan turun, dan pendapatan akan meningkat dari pajak properti dan pungutan lokal lainnya. 

Alhasil, pemerintah daerah akan menikmati kombinasi yang menguntungkan dari sumber daya yang lebih besar untuk layanan publik dan permintaan yang berkurang untuk layanan tersebut. Pengeluaran social safety net dapat diganti dengan investasi jangka panjang di transportasi umum dan infrastruktur penting lainnya. 

Yang utama, dengan menciptakan tingkat integrasi tempat tinggal yang lebih baik, kebijakan top class rank akan memberi anak-anak di semua komunitas kesempatan yang berarti untuk menaiki tangga sosial ekonomi. Kebijakan peringkat kelas atas secara langsung dapat mengatasi hambatan pemerataan ekonomi di Indonesia mulai dari segregasi lingkungan tempat tinggal.

Bagaimana dengan kualitas pendidikan?

Pertanyaan penting adalah apakah orang tua benar-benar akan memilih sekolah menengah yang kurang kompetitif dan berkinerja lebih rendah untuk menjamin peringkat sekolah atas terbaik bagi anak-anak mereka. Seperti yang kita sadari, prospek perguruan tinggi merupakan salah satu pertimbangan utama bagi keluarga ketika memilih SMA, tetapi itu bukan satu-satunya alasan mengapa orang tua lebih memilih sekolah yang berkinerja lebih tinggi untuk anak-anak mereka dan daerah sekolah yang lebih kaya untuk tempat tinggal mereka. Selain itu, sekolah yang berkinerja lebih rendah mungkin tidak dapat memberikan yang kuat persiapan untuk universitas.

Studi di Texas menyebutkan bahwa kebijakan ini menyebabkan keluarga memilih sekolah dan distrik sekolah yang berkinerja lebih rendah. Sebuah studi terkemuka menemukan bahwa di antara siswa dengan minat untuk menghadiri universitas negeri unggulan di Texas, keluarga untuk setidaknya lima persen siswa membuat keputusan strategis dalam memilih SMA.

Keluarga tidak hanya memilih sekolah yang berkinerja lebih rendah, mereka juga memilih untuk tinggal di daerah sekolah yang berkinerja lebih rendah. Sebuah studi tentang pertanyaan ini menemukan bahwa setelah penerapan kebijakan peringkat kelas atas Texas, peningkatan nilai properti secara signifikan lebih tinggi di daerah sekolah yang peringkatnya lebih rendah daripada di distrik sekolah yang berkinerja lebih tinggi, terutama di distrik dengan kinerja terendah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun