Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Paras Nirmala: Pelumas Daya Saing Tenaga Kerja?

2 Oktober 2020   18:38 Diperbarui: 2 Oktober 2020   18:45 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk dianugerahi paras seindah arunika merupakan sesuatu yang selalu didambakan oleh umat manusia. Sudah tertanam secara kokoh dalam psikis setiap individu bahwa kita sebagai makhluk sudah sewajarnya tertarik pada individu yang memiliki nayanika. Bahkan, tidak perlu upaya kognitif sedikit pun bagi manusia untuk menyerbu individu lain yang berparas jelita (Berlyne DE, 1971). 

Maka dari itu, tak heran jika kaum yang dihibahkan fisik juita mendapatkan keunggulan dalam berbagai aspek kehidupan. Diskriminasi. Kata itu kerap digaungkan sebagai manifestasi kekecewaan rakyat terhadap keunggulan yang dimiliki oleh kaum "good looking". Merek pakaian asal Amerika Serikat "Abercrombie & Fitch" sempat mencicipi bentuk riil dari amarah rakyat terhadap diskriminasi fisik dalam proses seleksi karyawan pada tahun 2003. 

Merek tersebut dituding menolak untuk mempekerjakan minoritas dan cenderung mempekerjakan pekerja berkulit putih yang berparas aduhai. Akibatnya? 40 juta dollar Amerika Serikat. Nominal tersebut merupakan biaya yang perlu dibayarkan Abercrombie akibat tuduhan atas diskriminasi tersebut. 

Menilik kondisi di tanah air, dapat disimpulkan bahwa diskriminasi di bumi pertiwi bukan ilusi. Kerap kali kita temukan pamflet lowongan pekerjaan dengan persyaratan yang cukup diskriminatif. "Berpenampilan Menarik". persyaratan tersebut sering kita temukan pada brosur lowongan kerja yang terpampang nyata di depan pintu kaca gedung ruko. Walau sudah jelas ada di lingkungan sekitar, kita masih perlu menilik teori serta penemuan empiris yang telah dilakukan terdahulu dari kacamata ekonomi. 

Keuntungan Adiwarna

Keuntungan yang diraup oleh kaum berparas menawan bersifat multidimensional. Salah satu aspek yang menguntungkan individu "good looking" adalah aspek ekonomi, lebih tepatnya di lingkup pekerjaan. Walau keuntungan rakyat rupawan dalam konteks pekerjaan dapat ditelisik dari berbagai perspektif, penulis akan menyorot keuntungan menjadi individu adiwarna dalam aspek seleksi karyawan atau fase prakerja.

Memiliki fisik yang jelita ternyata dapat menjadi pelumas dalam proses seleksi pekerjaan. Pemberi kerja cenderung menilai individu yang rupawan memiliki keunggulan dalam hal produktivitas. Sebuah penelitian yang merupakan pengejawantahan paripurna dari pernyataan tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh dua ekonom. Mereka adalah Markus M. Mobius dari Harvard University dan Tanya S. Rosenblat dari Wesleyan University. 

Dalam eksperimen mereka,subjek penelitian ditugaskan untuk menyelesaikan sebuah teka-teki berbentuk labirin sederhana dan membuat resume berisikan biodata mereka. Para penguji (pemberi pekerjaan) sendiri melalui beberapa fase pengujian. Fase itu dilakukan lewat pemberian foto dan resume para subjek, yang diberikan kesempatan untuk melakukan wawancara melalui telepon, dan wawancara langsung. Mereka ditugaskan untuk memprediksi berapa labirin sederhana yang dapat diselesaikan oleh para subjek dalam 15 menit. 

Hasil dari penelitian tersebut mendukung hipotesis awal. Memang betul bahwa individu yang memiliki kecantikan di atas rata-rata dinilai lebih produktif dibandingkan individu lain. Individu rupawan cenderung lebih percaya diri akan kemampuan diri mereka sendiri. Tentu kepercayaan diri tersebut menjadi nilai tambah di mata para pemberi kerja. 

Faktor kepercayaan diri individu dinilai menjelaskan 15-20% dari kelebihan ekspektasi produktivitas yang dimiliki oleh para pemberi kerja. Namun, para ekonom menilai bahwa sebagian besar dari ekspektasi produktivitas individu berasal dari penilaian hasil interaksi langsung, baik secara oral maupun secara visual. Proses wawancara melalui telepon, wawancara langsung, bahkan sekadar melihat foto para subjek penelitian dinilai berkontribusi sebesar 80% pada ekspektasi produktivitas para individu yang menawan secara fisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun