Mohon tunggu...
kania ditarora
kania ditarora Mohon Tunggu... Tenaga Pengajar di madrasah swasta

Menulis adalah sebuah implementasi mencintai diri sendiri, sesama, dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Autentik; Di antara Guru Badut dan Guru Patut

5 Februari 2025   09:21 Diperbarui: 5 Februari 2025   09:21 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:Kalderanews

Menarik mencermati polemik dua tokoh pendidik Indoneisa perihal Guru Badut di media kompas.id. Bermula dari tulisan Iman Zaenatul Hairi di opini kompas.id (28/12/2024) berjudul "Guru Badut". Selanjutnya ditanggapi oleh Ganda Febri Kurniawan di media yang sama (09/01/2025) berjudul "Guru (Bukan) Badut".

Menurut pandangan Iman Zaenal Hairi, secara garis besar "Guru Badut"  tidak mencerminkan pembelajaran yang substantif. Lain halnya dengan Iman, Ganda Febri Kurniawan memandang label "Guru Badut" tidaklah tepat. Dosen FISIP Universitas Negeri Semarang itu menganggap guru konten kreator (Guru Bukan Badut) sebagai sikap adaptif guru menjawab dinamika pembelajaran yang terus berubah.

Alfakir mencoba menjembatani kedua pandangan tersebut dari perspektif pembelajaran autentik. Sebaik apapun pola pembelajaran yang digunakan, jika implementasinya tak autentik maka pembelajaran akan nirmakna. Pembelajaran autentik menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.

Pembelajaran autentik dalam implementasinya tak boleh diabaikan guru. Entah sebagai "Guru Badut" (konten kreator) atau yang alfakir sebut sebagai "Guru Patut" (Guru Bukan Badut/Guru Bukan Konten Kreator) seyogianya merancang pembelajaran yang kontekstual. Dalam artian keterhubungan antara materi ajar dengan dunia nyata.  Jadi pertanyaan besar Sejauh manakah pembelajaran autentik dihadirkan dalam setiap pembelajaran?

Pembelajaran Autentik merupakan proses pembelajaran yang memungkinkan siswa mengalami pengalaman nyata dan relevan dengan kehidupan sehari-hari (Garrison dan Anderson;2023). Merujuk pada KBBI VI "autentik" berarti asli atau tulen. Sehingga dapat dikatakan pembelajaran autentik pembelajaran yang asli/tulen dari materi yang diselaraskan dengan kehidupan nyata.

Namun penyempurnaan kurikulum dari masa ke masa---selama ini seringkali membuat sebagian guru berkutat urusan administrasi daripada bagaimana meningkatkan kualitas pembelajaran autentik dalam kelas. Alhasil dalam praktiknya guru sekadar transfer pengetahuan kepada murid. Alih-alih meningkatkan kualitas pembelajaran secara autentik, guru justru disibukkan mengganti pengadministrasian ataupun lebih fokus membuat  konten daripada substansi pembelajaran.

Dikorelasikan dengan fenomena "Guru Badut" dan "Guru Patut" akan ditemukan benang merahnya. Guru Badut (yang mempunyai tugas mengupload video pembelajaran ke Platform Merdeka Mengajar) sebisa mungkin menghindari pembelajaran tak berkait dengan materi apalagi inkontekstual. Sebagaimana yang dikatakan W.S Rendra dalam puisinya yang mengkritik pembelajaran yang tidak autentik. Aku bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet dan papantulis-papantulis para pendidik  yang terlepas dari persoalan kehidupan (Bait Puisi W.S Rendra Sajak Sebatang Lisong;19/08/1977).

 

Karena itu, Guru Patut sepatutnya tidak terjebak pada administrasi semata. Melainkan bagaimana guru konsen meningkatkan kualitas pembelajaran dalam kelas tanpa harus kaku dengan tuntutan administrasi yang ujung-ujungnya acap kali tidak berimpak pada kualitas pembelajaran. Pun dengan Guru Badut dalam pembelajaran tidak semestinya melucu berlebihan. Pada aspek inilah guru pembuat konten patut dikritisi jika kontennya keluar dari substansi pembelajaran. Bagaimana mungkin kualitas pembelajaran terwujud jika guru yang mengajar seperti sedang pentas stand up comedy.

Diperlukan keseriusan guru untuk menciptakan pembelajaran autentik, mengemas materi ajar dengan menghindari sekecil apapun potensi pembelajaran yang membosankan. Mendesain pembelajaran yang menyenangkan tidak melulu soal melucu. Pembelajaran autentik memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggali informasi yang relevan mengenai suatu objek sehingga mereka memperoleh pengalaman belajar yang bermakna (Nurul Dwi Lestari dalam Jurnal Pembelajaran Autentik dalam Menulis Teks Deskripsi;2018)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun