Mohon tunggu...
Kania ArtaMevia
Kania ArtaMevia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student at IPB University

I am an experienced and knowledgeable student well in communication at IPB University Vocational School. I am passionate and highly interested in communication, public speaking, and the entertainment field.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semangat Guru Relawan Mengajar Komunitas Jendela terhadap Pendidikan Anak-Anak Kurang Mampu

11 Maret 2022   10:27 Diperbarui: 11 Maret 2022   10:30 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan di Indonesia terus meningkat sepanjang abad-21. Hal ini tak lain dan tak bukan karena evaluasi sistem pendidikan yang dilakukan secara terus-menerus memberikan informasi celah pendidikan yang masih kurang serta pembaharuannya. Hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan telah dijamin oleh UUD tahun 1945 pasal 31 ayat 1.

Hak tersebut dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia dengan tujuan jangka panjang untuk membangun bangsa ini. Karena tujuan dari pendidikan adalah untuk mencerdaskan rakyatnya secara kognitif dan afektif, jika rakyat cerdas maka bangsa ini akan maju. Tujuan pendidikan tersebut telah diatur pada UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang berbunyi "Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Namun demikian, praktiknya tidak sesuai dengan idealisme pendidikan bangsa ini. Nyatanya masih banyak anak bangsa yang tidak dapat mengenyam pendidikan wajib 9 tahun. Jangankan 9 tahun, pendidikan dasar saja masih ada yang putus sekolah. Salah satu penyimpangan persepsi yang kebanyakan terjadi di daerah pedesaan adalah lebih baik seorang anak bekerja dari pada sekolah. Jika pun dapat menamatkan pendidikan wajib 9 tahun, hasilnya menunjukkan ada yang tidak sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional bangsa ini seperti yang tertulis dalam UU No. 20 tahun 2003 tersebut.

Jendela Jakarta adalah Komunitas literasi yang memiliki konsentrasi terhadap literasi dan pendidikan anak marginalis di Indonesia. Komunitas ini bersifat sukarela, menjadi penyedia ataupun wadah belajar anak - anak kurang mampu untuk tetap mendapatkan hak pendidikannya tanpa membayar. Jendela Jakarta awalnya berdiri di Yogyakarta tahun 2006 untuk menghibur anak-anak yang terkena gempa kemudian sekarang memiliki cabang di beberapa daerah seperti Jakarta, Medan, Lampung.

Dalam menulis ini, saya mewawancarai kakak saya yang bernama Yolla Putri Andriana. Kakak saya merupakan salah satu volunteer guru pengajar di komunitas Jendela Jakarta ini. Kak Yolla memulai kegiatan volunteernya sejak 2016 awal hingga tahun 2018. Artinya telah 2 tahun Kak Yolla melakukan kegiatan volunteer ini. Kak Yolla melakukan kegiatan volunteer ini dibarengi dengan kegiatannya yaitu sebagai mahasiswi Kedokteran Gigi.

Kak Yolla melakukan kegiatan volunteer ini dilatar belakangi keinginannya untuk membantu. Terkhusus anak-anak kurang mampu untuk tetap memperoleh hak pendidikannya. Dikarenakan menyukai anak kecil, suka belajar dan mengajar, serta pengalamannya memiliki banyak adik membuat hati kak Yolla tergerak untuk menjadi salah satu guru pengajar volunteer di komunitas Jendela Jakarta.

Kak Yolla juga berbagi cerita dari pengalamannya selama menjadi volunteer,"Aku senang banget bisa bertemu dan sama-sama belajar bersama adik-adik jendela. Selain aku mengajari mereka, aku juga jadi bisa sedikit banyaknya belajar parenting, belajar untuk sabar, handling, dan memahami berbagai karakter manusia, terutama anak-anak." Selain itu, kak Yolla juga bercerita tentang betapa senangnya kak Yolla saat melakukan kegiatan volunteer ini dan apa saja yang ia dapat melalui kegiatan volunteer ini. "2 tahun bersama Jendela Jakarta, sangat membentuk kepribadianku menjadi lebih baik lagi dan dewasa lebih baik dalam berkomunikasi juga public speaking, semakin luasnya wawasan dan relasi juga aku rasakan disini, bahagia karena melihat kebahagiaan orang lain sudah menjadi ketenangan hatiku." Kak Yolla sama sekali tidak merasa keberatan apalagi menyesal telah menjadi salah satu bagian dari komunitas ini, justru merasa senang dan tenntunya bersyukur.

Di Jakarta terdapat 3 tempat belajar mengajar yang disebut sebagai Perpus, yaitu berada di Perpus Manggarai, Perpus Serpong, dan Perpus Sungai Bambu. Anak-anak ajar Jendela Jakarta usianya bervariasi mulai dari usia 5 hingga 15 tahun. Setiap minggu komunitas Jendela memiliki jadwal belajar mengajar pada hari sabtu dan minggu mulai jam 09.00-13.00. Yang dibagi menjadi 3 kelas. Yaitu kelas A (1-3 sd), kelas B (4-6 sd), kelas C (smp-sma). Tujuan dari Jendela adalah agar seluruh anak termasuk anak marginalis memiliki kesempatan belajar yang sama.

Komunitas Jendela menggunakan media instagram untuk penyebarannya yang memiliki ribuan followers. Hal penting yang membuat Komunitas Jendela berkembang adalah para relawannya karena banyak dan tersebar diberbagai daerah. Bekerja sama dengan komunitas lain dan aktif daam berkegiatan dan membuat acara juga menjadi faktor perkembangan Komunitas Jendela, yang membuat Komunitas Jendela tidak pernah mati.

Selain aktivitas rutin belajar mengajar akdemik di tiap sabtu minggu. Guru relawan juga menambahkan kegiatan belajar soft skill development seperti, merajut, fotografi,  prakarya. Kegiatan gathering, membaca buku bersama, dan acara - acara untuk memperingati hari besar juga terdapat di dalam sini. Membentuk rasa kekeluargaan dan  menyalurkan kasih sayang menjadi hal yang harus selalu ada.

Dengan sifat Komunitas Jendela yang sukarela dan unpaid, terkadang menjadi kesulitan yang dihadapi komunitas Jendela. Karena, komunitas jendela tidak dapat bisa berjalan tanpa adanya guru - guru relawan. Jadi, semangat guru yang mungkin naik turun, dan banyaknya murid - murid yang beragam kepribadian tergolong sulit diatur menjadi kesulitan yang dirasakan oleh komunitas jendela ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun