Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jalan Tak Selalu Mulus

30 April 2021   09:58 Diperbarui: 30 April 2021   14:42 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya juga belum sekalipun menulis yang menjadi Topik Pilihan Kompasiana. Bahkan saya tahu ada program topik pilihan baru belakangan ini".

Yang luar biasa komentar di atas ditulis di sebuah tulisan saya terkait topik pilihan yakni "geng sekolah". Di artikel ini, saya memang menulis apa adanya yang pernah saya alami. Tidak ada kenakalan menonjol yang layak dan menarik ditulis dalam kaitan dengan geng saya. Karena kami tahu diri, kami anak-anak desa yang disesaki dengan keterbatasan. Fokus belajar dan jauhi kenakalan, adalah 2 hal yang paling masuk akal buat kami. Jadi dalam konteks geng sekolah itu, kami betul-betul lurus-lurus saja. Namun ini tidak berarti secara individual, kami lurus-lurus juga. Saya misalnya, dengan "kepintaran" saya dapat mengelabui guru untuk mendapatkan nilai tinggi dalam EBTA Praktek untuk mata pelajaran yang justru titik lemah saya.

Dalam mata pelajaran Orkes (Olah Raga dan Kesehatan), renang menjadi mata ujian dalam EBTA Praktek. Saya termasuk tidak bisa renang, dalam arti renang modern dengan gaya-gaya tertentu seperti gaya bebas. Gaya punggung, gaya kupu-kupu dan sebagainya. Saya cuma bisa renang gaya sungai, asal bisa nyeberang (maklum anak kampung). Sekali ada pelajaran renang, dengan berbagai alasan saya menghindar masuk area kolam renang. Bukan apa-apa, hanya karena tidak punya uang untuk karcis masuknya. 

Ketika EBTA Praktek berlangsung, saya sengaja ambil urutan terakhir. Saya bantu guru membuat daftar urut peserta yang sudah hadir. Saat kawan-kawan satu per satu melaksakannya ujian semuanya memilih di bagian kolam yang dangkal dan dapat nilai antara 6 sampai tujuh. Tiba giliran saya, guru bertanya saya milih kolam dangkal atau kolam yang dalam. Saya jawab saya pilih kolam yang paling dalam. Guru saya hanya mengatakan : "BAGUS ! sudah kamu tidak usah". Dan saya satu-satunya yang dapat nilai 8. Guru saya mengira saya berani ngambil di kolam yang dalam karena saya bisa berenang. Padahal saya tahu dia sudah cape menguji kawan-kawan.

Hal yang sama saya lakukan untuk pelajaran elektronika. Tugas ujiannya adalah membuat walki talki, dan punya saya gagal berfungsi. Yang saya lakukan adalah menyibukan diri membantu guru mengetest punya kawan-kawan. Ada yang berfungsi bagus ada juga yang kurang. Setelah semua punya kawan-kawan habis, saya serahkan punya saya yang sama sekali tidak berfungsi. Lagi-lagi guru percaya bahwa punya bisa berfungsi dengan baik tanpa mengujinya. Dan saya pun dapat nilai yang tinggi, seperti kawan-kawan yang walki talkinya berfungsi baik. 

2 hal di atas, hanya sebagian dari kenakalan saya selama masa sekolah. Berantem baku pukul dengan teman sekelas juga pernah saya alami, itu terjadi saat SMP.

Kalau hal-hal itu saya ungkapkan pada tulisan ini, sama sekali tidak ada maksud untuk membela diri atau menyanggah "kritikan" dari sahabat yang sebut di atas. Sekali lagi saya katakan saya justru sungguh sangat berterima kasih atas "kritikan" tersebut. Inilah yang saya maksudkan dengan "saling menguatkan", yang kerap kali saya katakan.

"Kritikan" tersebut merupakan inspirasi yang saya tunggu-tunggu selama ini. Inspirasi untuk mulai menulis kisah perjalanan saya dari sisi yang lain. Yang bisa menggambarkan sesungguhnya jalan itu tidak selalu lurus, datar dan mulus. Adakalanya kita melewati jalan yang berkelok, bergelombang dan menanjak terjal atau curam menurun. Adakalanya kita terantuk tebing karena tidak mengantisipasi tajamnya kelokan, atau terjerambab di jalan yang tidak rata. Atau bahkan terpaksa meluncur ke dasar jurang karena tidak kuat naik di tanjakan yang terjal.

Kalau saya berterima kasih kepada sahabat Inspirasiana atas "kritikannya" tadi, lagi-lagi membuktikan bahwa saya menulis itu apa adanya. Dalam "16 April, Refleksi Setahun Berkompasiana" saya juga menulis sebagai berikut :

"Dengan bergabung ke Inspirasiana saya berharap bisa ketularan "pinter nulis" atau setidak-tidaknya bisa ikut numpang hebat "

dan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun