Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Geng Semut dan Geng Melati, Kenangan Masa-masa Indah di Sekolah

29 April 2021   18:37 Diperbarui: 1 Mei 2021   07:59 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumrntasi Pribadi

Sungguh aneh tapi nyata
Takkan terlupa
Kisah kasih di sekolah
Dengan si dia
Tiada masa paling indah
Masa-masa di sekolah
Tiada kisah paling indah
Kisah kasih di sekolah

Tidak bisa dipungkiri masa sekolah adalah masa yang paling indah dalam perjalanan hidup kita. Masa-masa indah di sekolah pula yang menginspirasi seorang Obie Mesakh menulis lagu yang berjudul "Kisah Kasih di Sekolah" yang lirik salah satu baitnya saya kutipkan di atas. Lagu itu dirilis tahun 1987 dan dinyanyikan sendiri oleh Obie Mesakh dan sampai sekarang  masih banyak diperdengarkan oleh para penikmat musik. Tahun 2002 Chrisye, menyanyikan ulang  dengan aransemen baru yang membuat lagu tersebut semakin populer di blantika musik Indonesia.

Sebagai orang yang pernah sekolah tentu saja saya ikut merasakan indahnya masa sekolah. Indahnya kebersamaan bersama kawan-kawan satu sekolah. Menulis masa-masa di sekolah adalah membuka kembali kenangan lawas, kenangan sekitar 40 tahun yang lalu.

Saya harus ceritakan terlebih dahulu, tahun 1976 saya lulus SD dan tahun 1980 lulus SMP. Kenapa barus lulus SMP tahun 1980 ? Ini bukan karena saya pernah tidak naik kelas. Tapi saat SMP itu kami mendapat ekstra satu semester, karena Pemerintah merubah tahun ajaran dari semula Januari - Desember menjadi Juli - Juni.

GENG SEMUT

Nah saat SMP itu saya ikut ekskul Pramuka. Pada masa itu, di SMP kami yaitu SMPN Ciparay, Pramuka menjadi satu-satunya ekskul yang tersedia. Oh ya SMP kami terletak di Ciparay, salah satu kota kecamatan di Kabupaten Bandung yang berjarak 24 km dari pusat Kota Bandung.

Meski Pramuka menjadi satu-satunya ekskul, tidak banyak murid yang masuk menjadi anggota. Saat kami kelas 1 dari 6 kelas yang ada atau total sekitar 300 siswa, hanya sekitar 70 orang yang menjadi anggota Pramuka, terdiri dari sekitar 40 putra dan 30 putri Pada masa itu, Pramuka memang tidak wajib diikuti oleh siswa. Namum karena tidak wajib itulah, kami tidak sekadar menjadi anggota aktif tetapi lebih dari itu betul-betul menjadi anggota yang "militan" dalam kepramukaan. Dengan jumlah itu kami bisa membentuk 4 regu putra dan 3 regu putri masing-masing dengan 9 - 10 anggota.

7 regu (4 putra dan 3 putri) yang terbentuk saat kelas 1 bertahan sampai akhir kelas 2. Namun saat di kelas 3 sebagai besar tidak aktif lagi karena ingin fokus persiapan Ebtanas. Tinggalah tersisa  8 orang semuanya putra, sedangkan putri tidak tersisa satu orang pun. Kami yang tersisa harus bergabung membentuk regu baru. Untuk melengkapi jumlah menjadi 10 orang  terpaksa kami mengambil tambahan 2 orang dari adik kelas (kelas 2).

Masalah timbul saat menentukan nama regu. Semula kami mau pakai nama Gajah, mengingat badan kami rata-rata paling besar di antara regu yang lain sehingga cocok untuk memakai nana Gajah. Maklum kami sebagian besar sudah kelas 3. Kami ingin nama yang unik yang mewakili eksistensi kami sebagai yang paling senior. Dari berbagai alternatif, munculan Semut yang disepakati sebagai nama regu kami. Masalah lain muncul, ketika ternyata tidak ada satupun Kedai Pramuka yang menjual logo semut untuk identitas di seragam. Kami baru menyadari bahwa selama ini belum pernah ada yang menggunakan semut sebagai nama regu. Terpaksa kami membuat sendiri, meskipun hasilnya tidak mirip-mirip amat dengan semut.

Inilah awal dari kebersamaan kami sebagai sebuah "geng".  Kebersamaan kami melebihi normalnya sebuah regu penggalang, kami terus bersama-sama aktif di Pramuka di gudep yang sama meski sudah tidak lagi bersekolah di SMP. Kami bersepakat untuk naik menjadi penegak dan membangkitkan Ambalan Jalak Harupat yang sudah vakum hampir 10 tahun. Kami ajak lagi kawan-kawan yang pernah sama-sama di penggalang termasuk mereka yang kakak kelas waktu di SMP. Militansi yang terbangun sejak penggalang membuat kami "geng semut" tetap aktif berpangkalan di SMP kami sampai kami menyelesaikan masa kuliah kami. 

Selepas SMP diantara anggota Geng Semut hanya satu orang yang satu SMA dengan saya. Selebihnya menyebar di berbagai SMA lain di Kota Bandung. Semuanya termasuk yang satu SMA dengan saya , tinggal di Kota Bandung. Beberapa punya rumah keluarga di Kota Bandung, yang lainnya ngekost di sekitar sekolahnya. Saya satu-satunya yang tetap tinggal di desa. Kami hanya berkumpul setiap akhir pekan di Sanggar  Pramuka, tempat kami berkarya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun