Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Gunung Wayang - Cisanti dan Urgensi Program Citarum Harum

20 April 2021   08:30 Diperbarui: 20 April 2021   08:29 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DetikTravel - detik.com

" ........ meski tidak lagi bersih dan suci seperti mata airnya Cisanti yang berarti suci dan mensucikan. Tapi setidaknya air Citarum akan terus mengalir sampai ke hati" (T. Bachtiar, Citarum Mengalir Sampai ke Hati, Balai Besar Wilayah Sungai Citarum)

Bujangga Manik, seorang Rahib dari Kerajaan Sunda Lama di abad ke 15 menulis di selembar daun lontar : "Meuntas aing di Cisanti sananjak ka Gunung Wayang" (Aku melintas di Cisanti mendaki ke Gunung Wayang).

Apa yang ditulis rahib pengelana itu menunjukkan bahwa Gunung Wayang dan Cisanti sudah dikenal sejak lama, sejak leluhur Urang Sunda memuja Tuhannya di kesunyian alam. Bujangga Manik menyinggahi tempat suci di Gunung Wayang dalam perjalanan pulang dari ekspedisi suci mengelilingi Pulau Jawa dan Bali.

Banyak cerita-cerita mistis dari Gunung Wayang. Misalnya saja pada waktu-waktu tertentu acap kali sayup-sayup terdengar bunyi gamelan dari arah puncak gunung. Atau munculnya asap berlapis-lapis di area puncak gunung tersebut. Mungkin karena sifat mistisnya itu, sampai sekarang masih banyak orang yang datang di malam-malam tertentu untuk maksud-maksud tertentu pula

Alkisah tersebutlah Putri Langka Ratnaningrum, seorang putri cantik jelita tiada tanding, anak dari Pangeran Jaga Lawang yang tinggal dan bersemedi di Puncak Gunung Wayang. Putri itu sudah memiliki calon suami yaitu Gagak Taruna. Pada hari pernikahan berangkatlah Gagak Taruna diiringi rombongan keluarga dan para nayaga penabuh gamelan menuju kediaman Pangeran Jaga Lawang di Puncak Gunung Wayang. Sementara Pangeran Jaga Lawang mengerahkan keluarga dan para abdinya untuk memasak hidangan menyambut rombongan calon pengantin pria.

Gagak Taruna dan rombongannya sudah sampai di Situ Cisanti yang berada tepat di kaki Gunung Wayang, ketika ia meminta rombongan pengantarnya untuk lebih dulu meneruskan perjalanan ke puncak Gunung Wayang dan ia berjanji segera menyusul. Padahal yang sebenarnya saat itu Gagak Taruna tergoda oleh bayangan gadis cantik Nyi Kantri Manik. Ia terus mengejar bayangan itu sampai waktu pernikahan tiba. Maka disusullah Gagak Taruna oleh beberapa orang pengantarnya dan ditemukan sudah menjadi mayat. Jenazahnya terapung di Situ Cisanti persis di tepi kuburan Nyi Kantri Manik.

Putri Langka Ratnaningrum sedih tiada tara dan berjalan tak tentu arah hingga tiba di tengah sebuah hutan. Air mata darah mengalir tak terbendung membentuk air terjun Cibeureum di Gunung Bedil. Beureum pada kata Cibeureum berarti merah, warna darah yang terus mengalir dari mata Putri Langka Ratnaningrum.

Sementara itu ketika rombongan pengantar Gagak Taruna memutuskan pulang karena Gagak Taruna tak kunjung tiba, para nayaga penabuh gamelan tetap bertahan di Puncak Gunung Wayang. Gamelan terus ditabuh karena masih berharap Gagak Taruna akan datang. Demikian pula keluarga dan para abdi Pangeran Jaga Lawang terus memasak hidangan. Maka kemudian berubahlah mereka menjadi arca. Itulah mengapa konon pada saat bulan purnama masyarakat di sekitar Gunung Wayang sering mendengar sayup-sayup suara gamelan. Dan jika terlihat asap mengepul berlapis-lapis itu artinya keluarga calon pengantian wanita sedang sibuk memasak.

Kata Wayang dalam nama Gunung Wayang berasal dari kata "wa" yang berarti angin yang lembut dan kata "hyang" yang berarti Tuhan atau Dewa. Jadi wayang pada nama gunung ini bermakna angin dewata yang lembut yang menggambarkan keindah-permaian alam yang abadi. [Disarikan dari :  Citarum Mengalir Sampai ke Hati, T Bachtiar, BBWS Citarum].

Dari Gunung Wayang yang terletak di Bandung Selatan inilah air Citarum bermula. Bersih dan suci. Seperti nama mata airnya Cisanti yang berarti Suci dan mensucikan. Dari Cisanti, air Citarum mengalir sepanjang 300 km melintansi 6 kabupaten/kota di Jawa Barat dan berakhir di Muara Gembong Pantai Utara Jawa Barat. Sementara daerah aliran sungai (DAS) nya meliputi 13 kabupaten/kota di Jawa Barat dengan cakupan hampir 60% dari total wilayah Provinsi Jawa Barat.

Citarum adalah salah satu sungai terpenting di Indonesia. Meski bukan sungai besar seperti sungai-sungai di Kalimantan atau Sumatra, juga tidak termasuk jajaran sungai terpanjang, tapi Citarum memiliki nilai strategis yang tinggi. Di sepanjang alirannya terdapat 3 waduk buatan yakni Saguling (5.600 Ha), Cirata (4.377,6 Ha) dan Jatiluhur (4.500 Ha). Dari PLTA di ketiga waduk raksasa itu, Citarum menjadi penghasil energi listrik tenaga air yang memberikan kontribusi daya yang cukup signifikan ke Sistem Jaringan Jawa Madura Bali (Jamali) dengan total kapasitas terpasang sebesar 2.830 MW. Dari total kapasitas terpasang itu bisa menyumbang 4.584 Giga Watthours (GWH) per tahun. Pada saat dibangun, PLTA Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara. Selain listrik tenaga air dari 3 waduk yang berada di aliran sungainya, Gunung Wayang yang merupakan hulu Sungai Citarum menghasilkan listrik tenaga panas bumi (geothermal) dari PLTP Wayang Windu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun