Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beda Antara Lalab dan Seupan dalam Masyarakat Sunda

5 April 2021   19:00 Diperbarui: 5 April 2021   19:04 1740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentang ini saya jadi teringat kepada pesan cucu cicit Rasulullah Muhammad SAW yaitu Sayid Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib r.a. Beliau berpesan agar jangan remehkan ketaatan yang kecil dan maksiat kecil, juga jangan sekali-kali meremehkan orang yang sepintas seperti tidak ada apa-apanya.

Dikutip dari Al-Fushul al-'Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal. 153, pesan beliau adalah sebagai berikut : "Allah SWT menyembunyikan tiga perkara dalam tiga perkara. 1. Allah menyembunyikan ridha-Nya dalam amal ketaatan kepada-Nya, maka jangan remehkan sesuatu pun dari ketaatan kepada-Nya, mungkin di situlah letak ridha-Nya. 2. Allah menyembunyikan murka-Nya dalam perbuatan maksiat, maka jangan meremehkan sesuatu dari maksiat kepada-Nya, mungkin di situlah letak murka-Nya. 3. Allah menyembunyikan para wali-Nya di antara makhluk-Nya, maka jangan meremehkan siapa pun dari hamba-hamba-Nya, mungkin ia adalah wali-Nya."

Kebun, sawah, laut, hutan, adalah mitra Urang Sunda, tempat Tuhan menebarkan rejeki untuk manusia.

Kebun, sawah, laut, hutan, adalah mitra Urang Sunda, tempat Tuhan menebarkan rejeki untuk manusia. Jadi Urang Sunda akan mendatangi kebun untuk mencangkul rejeki yang akan membuat dirinya "kenyang". Kenyang perutnya, kenyang juga rohaninya.

Diantara rejeki yang ditebarkan Tuhan untuk manusia adalah tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman. Dari situlah muncul daun, kembang dan buah serta umbi yang bisa dikonsumsi manusia dengan berbagai guna dan manfaatnya. 

Diperkirakan di Indonesia saja jumlahnya mencapai lebih dari 7.000 jenis pohon atau tanaman yang bisa dikonsumsi manusia. Sebagian dari itu biasa dimanfaatkan sebagai lalab dan seupan dalam kebiasaan makan di masyarakat Sunda.

Lalab (lalapan) itu sayuran segar. Dalam terminologi Sunda, tidak semua sayuran disebut lalab, meski itu sayuran segar. Daun bayam misalnya, ia tidak disebut lalab karena tidak biasa dimakan mentah. 

Tapi daun pohon jambu mete (jambu monyet) termasuk lalab karena bisa dimakan dalam keadaan segar (mentah). Jadi kriteria pertama dari lalab adalah bisa dimakan dalam keadaan mentah. 

Oleh karena itu sayuran segar yang kemudian diolah jadi masakan tidak lagi disebut lalab. Contohnya kembang genjer. Selama dia dimakan dalam keadaan mentah kembang tersebut termasuk lalab. Tapi kalau kembang genjer kemudian ditumis, maka ia bukan lalab lagi.

Kriteris kedua dari lalab adalah dimakan bersama nasi. Buah tomat misalnya ia tidak disebut lalab kalau dimakan begitu saja tanpa nasi.

Dari sini kita bisa melihat sayuran yang menjadi lalab iti bisa berupa daun, kembang ataupun buah juga umbi-umbian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun