Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beda Antara Lalab dan Seupan dalam Masyarakat Sunda

5 April 2021   19:00 Diperbarui: 5 April 2021   19:04 1740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada humor yang bunyinya kira-kira begini : "paling enak punya istri/suami orang Sunda. Cukup bawakan nasi dan sambel lalu biarkan di kebun, pulang pasti sudah kenyang". Humor yang tidak begitu lucu sebenarnya. Saya bisa mengatakan itu karena beberapa alasan.

Alasan pertama dan sangat sederhana karena kebun memang menjadi tempat bagi banyak Urang Sunda bergantung guna mendapatkan kenikmatan makan. Saya yang sekarang hidup di abad 21 masih sering sekali beranjak dari meja makan dimana nasi dan sambel sudah tersaji. Saya beranjak ke halaman yang mirip hutan tak terurus. 

Dalam waktu singkat sejumput lalapan segar sudah di tangan. Lalapan yang sebagian diantaranya berupa tanaman liar yang tumbuh dengan sendirinya bahkan tanpa perawatan. Sepiring penuh lalab pun tersaji bersanding dengan sambal terasi dan ikan asin. Dan sayapun bisa makan dengan lahap dengan sensasi sepiring lalab yang dipetik dadakan. 

Hal seperti yang saya lakukan tadi adalah praktek yang biasa dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan dalam hari-hari aktifitasnya terutama di sektor pertanian. Dari rumah mereka cukup bawa nasi, sambel dan ikan asin, lalab tinggal nyari nanti. Dan kemudian perutpun kenyang.

Alasan kedua, ini mungkin lebay, kebun (termasuk sawah) adalah bagian dari kehidupan sebagian besar masyarakat Sunda. Urang Sunda adalah manusia-manusia agraris yang menjadikan alam sekitarnya sebagai mitra kehidupan. Pamali menjadi kata yang menghubungkan manusia Sunda dengan sekitarnya, baik dengan manusia lainnya atau dengan lingkungan hidup di sekitarnya. 

Pamali adalah konsep larangan melakukan sesuatu yang tidak pantas dalam skala kecil. Sedangkan konsep larangan melakukan sesuatu yang tidak pantas atau tidak benar dalam skala besar disebut doraka.

Pamali berkaitan dengan hal-hal kecil yang tidak pantas untuk dilakukan oleh seseorang. Contoh dari sesuatu yang pamali itu seperti larangan mengucapkan kata apu saat malam hari, tetapi diganti dengan kata "tai manuk". 

Apu adalah basa Sunda untuk kapur sirih. Contoh lain adalah menggunting kuku di malam hari, kencing di sembarang tempat atau menebang sebatang pohon tertentu di hutan. 

Ngaremeh (menjatuhkan butiran-butiran nasi saat makan), dan tidak menghabiskan nasi yang sudah dituang ke piring adalah contoh pamali dalam hal makan. Orang tua akan mengatakan : "Kasihan Dewi Sri akan menangis" jika anaknya melakukan hal itu. Dewi Sri dipercaya sebagai Dewi Padi. 

Tapi bagi Urang Sunda nasi dan beras adalah Dewi Sri itu sendiri. Meski ngaremeh itu tidak berarti secara material, tapi mengandung makna menyia-nyiakan rejeki yang diakruniakan Tuhan. 

Karuhun Urang Sunda dengan konsep pamalinya sangat konsen dengan hal-hal kecil yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Karena dari hal-hal kecil yang mungkin diremehkan bisa terjadi hal-hal besar baik itu berupa kebaikan maupun keburukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun