Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Antara Bala-Bala, Ote-Ote, dan Bakwan

4 April 2021   19:00 Diperbarui: 4 April 2021   19:19 6051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
detikfood.Detik.com

Warga Bandung khususnya dan Jawa Barat pada umumnya pasti kenal dengan makanan bernama bala-bala. Bala-bala umumnya dijual sore hari. Bala-bala, gehu, comro, dan pisang, singkong serta tempe goreng adalah paket lengkap gerobak penjual gorengan. 

Di Jawa Barat gerobak dagangan semacam gerobak penjual makanan disebut "roda". Sama seperti gerobak barang yang ditarik kuda atau kerbau juga disebut roda. Lain dengan di daerah Jawa Timur gerobak dagangan semacam itu disebut "rombong".

Gorengan, untuk menyebut bala-bala, gehu, comro dan lain-lain merupakan hal baru bagi warga Bandung khususnya dan Jawa Barat pada umumnya. Penyebutan gorengan baru muncul kira-kira di awal 90-an setelah bala-bala dan comro naik daun dari yang semula hanya "makanan rakyat" kemudian merambah kalangan menengah atas. 

Sebagai makanan rakyat harga bala-bala sangat murah, hanya sekitar seribu per biji. Bahkan saat ini masih ada yang menjual duaribu tiga (Rp. 2000 per 3 biji). Kalaupun ingin membuat sendiri, sangat mudah untuk dilakukan.

Penggunaan kata gorengan dalam basa Sunda yang tepat adalah untuk menyebut rempeyek. Ada beberapa macam gorengan yang biasa dibuat oleh masyarakat Sunda, antara lain gorengan teri, gorengan kedele, gorengan suuk dan gorengan udang. Suuk adalah basa Sunda untuk kacang tanah. Jadi gorengan suuk itu semacam rempeyek kacang. Sedangkan udang yang digunakan untuk gorengan biasanya jenis udang rebon.

Gorengan biasanya menjadi teman makan untuk "uras" atau "leupeut". Uras adalah penganan yang terbuat dari beras. Cara membuatnya beras ditanak setengah mateng, dibungkus daun pisan dan di dalamnya diisi oncom dan irisan daun bawang serta daun kemangi, kemudian dikukus sampai matang. 

Leupeut juga terbuat dari beras. Bedanya beras mentah langsung dibungkus daun pisang kemudian digodok sampai matang. Jadi kalau uras berisi oncom dan irisan daun bawang serta kemangi, leupeut tanpa isian apa-apa. Beda lainnya adalah uras masih kelihatan seperti nasi yang lembek, sedangkan leupeut tidak lagi tampak seperti nasi tapi seperti adonan tepung padat. Leupeut mungkin bersinonim dengan lontong dalam bahasa Indonesia.

Bagi yang belum tahu, bala-bala itu makanan khas jawa barat sejenis ote-ote di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun ada bedanya antara bala-bala dan ote-ote. Perbedaan yang paling kelihatan adalah dari bentuknya. 

Ote-ote biasanya berbentuk bulat pipih yang kelihatan rapi, karena tepung terigu menjadi bagian yang dominan. Sedangkan bala-bala bentuknya tidak beraturan karena tepung terigu hanya berfungsi sebagai perekat (pengikat) sayur-sayuran yang menjadi bahan utamanya. 

Sayuran untuk membuat bala-bala umumnya terdiri dari kubis, wortel dan daun bawang dalam kadar yang hampir sama. Ada juga yang menambahkan irisan labu siam. Jadi bawang daun pada bala-bala tidak dalam fungsi sebagai bumbu tapi berstatus sebagai sayuran pokok. Berbeda dengan ote-ote dimana sayuran yang digunakan biasanya hanya terdiri dari kubis atau kadang-kadang ditambahi bihun.

Bala-bala paling pas dimakan dengan cengek hejo (cabe rawit acar). Cengek hejo ini jadi bonus saat kita membeli bala-bala. Kalau mau repot sedikit bisa juga dengan sambel kacang yang dibuat encer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun