Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bambu dalam Budaya Sunda

22 Maret 2021   20:00 Diperbarui: 22 Maret 2021   20:01 3032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setidaknya ada 2 cara menanak nasi dalam budaya Sunda. Cara pertama adalah "ngaliwet" yang menghasilkan sangu liwet. Sangu adalah basa Sunda untuk nasi. Cara kedua disebut "nyangu" yang menghasilkan sangu. 

Nyangu bisa dilakukan dengan 2 cara dengan 2 peralatan yang berbeda yaitu langseng dan seeng. Langseng biasanya terbuat dari bahan seng yang berbentuk tabung dengan saringan rapat di sepertiga bagian bawahnya. Di bawah saringan itu diisi dengan air. Sementara sangu gigih diletakan di bagian atas saringan.

"Sangu gigih" adalah nasi setengah matang yang sebelumnya ditanak menggunakan panci atau sejenisnya. Sementara itu seeng biasanya terbuat dari bahan tembaga juga berbentuk tabung tapi mengecil di bagian tengahnya. Kalau langseng menggunakan saringan rapat untuk meletakkan sangu gigih, maka pada seeng digunakan aseupan. 

Aseupan ini berbentuk kerucut terbuat dari anyaman bambu. Oleh karena itulah seeng mengecil di bagian tengahnya sehingga bisa klop dengan aseupan yang berbentuk kerucut. 

Aseupan juga menjadi alat masak pada pembuatan sangu tumpeng, juga untuk membuat awug. Awug adalah penganan khas Sunda yang terbuat dari tepung beras dan gula merah.

Selain aseupan, beberapa peralatan dapur dalam budaya Sunda juga dibuat dari bambu. Beberapa diantaranya bisa disebut antara lain boboko, tetenong, nyiru, ayakan dan para seuneu. 

Boboko adalah tempat menyimpan nasi berbentuk tabung dimana bagian atas lebih besar dari bagian bawah. Boboko ditopang bagian kaki yang terdiri dari 4 lembaran kayu tipis. Tetenong adalah semacam tudung saji namun dilengkapi dengan beberapa kotak yang saling tersambung tempat menyimpan lauk pauk.

Fungsi utama dari nyiru adalah untuk napi. "Napi" adalah aktifitas yang dilakukan untuk memisahkan beras dengan menir. Nyiru juga digunakan pada saat panen padi di sawah untuk memisahkan gabah dengan potongan-potongan daun padi kering. 

Sementara itu ayakan berfungsi sebagai saringan untuk beberapa aktifitas tertentu. Ayakan juga biasa digunakan untuk menangkap ikan pada saat ngabedahkeun. "Ngabedahkeun" adalah panen ikan dengan cara mengeringkan kolam.

Di luar itu, di rumah-rumah tradisional yang masih menggunakan perapian berupa tungku, biasanya di atas tungku dipasang paraseuneu. "Para" sebenarnya adalah rongga atau ruangan diantara plafon dan atap. Sedangkan seuneu adalah basa Sunda untuk api. 

Jadi "paraseuneu" itu sebuah tempat di atas perapian (tungku) tempat menyimpan bahan makanan agar awet seperti singkong dan ubi jalar. Juga untuk menyimpan hasil panen yang disiapkan untuk menjadi benih seperti jagung dan kacang-kacangan. 

Kalau sempat menyembelih domba, kambing atau sapi, biasanya bagian gajih (lemak) disimpan beberapa lama dengan cara digantung di paraseuneu ini. Saat mau bikin nasi goreng, tinggal mengerat sedikit lemak untuk membuat nasi goreng yang lebih gurih.

Bambu sangat dominan pada bangunan rumah panggung juga saung. Khusus untuk saung, bisa seluruh bagiannya terbuat dari bambu kecuali bagian atap. Tiang dan penyangga atap terdiri dari bambu gelondongan, sedangkan lantai terbuat dari belahan bambu yang dipecah-pecah sehingga membentuk lembaran. Pada rumah panggung bagian atap dipasang batang-batang bambu yang disebut ereng. Pada ereng inilah diletakan genting atau jenis atap lainnya seperti eurih (ilalang) atau jarami (jerami).

Dalam hal perikanan, selain ayakan beberapa peralatan lain juga terbuat dari bambu. Satu diantaranya adalah sirib yaitu alat untuk menangkap ikan dengan cara dijaring. Pada sirib, jaring diikat oleh batang bambu membentuk kotak. Selain itu ada batang penopang yang terbuat dari bambu. Batang penopang ini ada di pematang yang akan diijak ujungnya agar jaring tidak tumpah pada saat ditarik.

Selain sirib, alat menangkap ikan yang terbuat dari bambu adalah bubu dan jeujeur. Bubu terbuat dari anyaman bambu, biasanya berbentuk tabung dengan bagian bawah dan atasnya lebih kecil dari bagian tengah. 

Bubu adalah menangkap ikan dengan cara menjebak. Ketika seekor ikan masuk ke dalam bubu, ia tidak bisa keluar lagi. Sedangkan jeujeur digunakan saat nguseup atau mancing. Jeujeur adalah batang pancing yang umum dikenal dengan joran. Adapun korang adalah tempat menyimpan ikan hasil tangkapan dengan cara nguseup atau ngecrik.

Di bidang pertanian, selain nyiru yang digunakan saat panen padi, terdapat yang disebut turus. Turus ini dikenal dalam pertanian palawija. Gunanya menjadi tempat merambatnya tanaman seperti kacang panjang, pare, kecipir, atau mentimun. Turus juga digunakan untuk membuat tanaman bisa tegak berdiri, seperti untuk tanaman cabai, tomat atau terong.

Penggunaan bambu juga terjadi di bidang kesenian. Salah satu kesenian yang peralatannya dari bambu adalah calung. Satu grup calung biasanya terdiri dari 4 atau 5 orang pemain dimana salah satunya berfungsi sebagai dalang dalam dialog-dialog selama pementasan. 

Calung adalah kesenian yang menggabungkan bernyanyi dan bobodoran dengan alat musik bambu. Selain itu ada alat musik lain yang terbuat dari bambu yaitu suling (seruling).

Selain calung dan suling, masih banyak alat musik tradisional Sunda ysng dibuat dari bambu. Dari semus itu alat musik bambu yang paling populer tentu saja angklung. Kelebihan dari musik yang telah diakui Unesco sebagai warisan budaya ini adalah sangat kompatible untuk dikolaborasikan dengan jenis musik yang lain. Hebatnya musik angklung bisa dilihat dari banyaknya angklung orchestra di berbagai negara di dunia. Salah satu yang paling terkenal adalah Hamburg Angklung Orchestra di Jerman.

Sama seperti calung, alat musik angklung terbuat dari bambu hitam. Calung dan angklung menjadi bukti keakraban budaya Sunda dengan lingkungan hidup. Kalau ada ingin menikmati musik tradisional yang mendunia di bawah kerimbunan pohon bambu, berkunjunglah ke Saung Aklung Mang Ujo di ketinggian Kota Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun