Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sang Waktu, Catatan yang tersisa dari Tahun Baru 2021

16 Januari 2021   16:00 Diperbarui: 16 Januari 2021   17:55 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan tahun baru dengan berbagai bentuknya, adalah sesuatu yang senantiasa berulang, terus berulang selama kalender Masehi digunakan sebagai kalender resmi dalam administrasi negara.

Mungkin menjadi pertanyaan, apa urgensinya kutulis tentang ini. Bukankah tahun baru adalah hal biasa ? Bukankah perayaan tahun baru juga hanyalah rutinitas tahunan semata ?

Kawan, justru karena faktor hal biasa dan rutinitas belaka, membuat hadirnya semacam kegundahan dalam diriku. Kegundahan yang muncul dalam kapasitasku sebagai seorang Muslim.

Jadi inilah catatanku tentang perayaan tahun baru di hari ke 16 tahun baru 2021. Sebuah catatan dari perspektif diriku sebagai seorang Muslim yang lahir dan hidup di Indonesia.

Atas nama Ghirah Islamiyah kita boleh-boleh saja menganggap tahun baru Masehi adalah milik orang lain dan merayakannya menjadi hal yang tidak pantas dilakukan.

Atas nama ghirah itu pula  kita boleh-boleh saja hanya merasa pantas merayakan tahun baru Hijriyah.

Juga adalah sah-sah saja ketika keberatan atas perayaan tahun baru masehi didasarkan pada pandangan bahwa perayaan itu mengundang potensi rusaknya akidah.

Namun kalau kedua hal itu yang menjadi alasan  mengapa tidak ada satupun negara yang mayoritas penduduknya Islam menggunakan kalender hijriyah sebagai kalender resmi negara. Terakhir, Arab Saudi tahun 2016 mengganti Kalender resminya dari Kalender Hijriyah menjadi Kalender Masehi.

Dalam pandanganku,  pilihan menggunakan kalender masehi hanyalah alasan kepraktisan, tidak ada hubungannya dengan syar'i dan tidak syar'i apalagi dengan urusan akidah.

Dalam konteks yang lain, pernahkah terpikir bahwa rusaknya akidah kita justru terjadi akibat cara pandang yang keliru terhadap tata hidup kita sendiri. Uang dan jabatan menjadi berhala yang secara tidak sadar kita pertuhankan. Sekarang ini merasa diri paling benar adalah berhala terbesar yang ada pada diri kita.

Selain kalender Masehi dan Hijriyah, ada banyak kalender lainnya. Di Indonesia saja, beberapa bisa disebut diantaranya Kalender Imlek, Kalender Jawi dan Kalender Sunda, juga kalender yang secara khusus digunakan umat Hindu Bali (Kalendet Saka) dan umat Budha (Kalender Buddhist Era)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun