Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Air

1 Juli 2020   01:00 Diperbarui: 1 Juli 2020   01:01 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

# Air #


Air menyelinap, meresap ke dalam tanah. Membentuk kubangan ketika tanah tak bisa lagi menampungnya.
Air mengalir menuju tempat yang lebih rendah dari tempatnya semula.
Dari ketinggian gunung, melintasi bukit, lembah dan ngarai.
Melintasi sungai dan mengakhiri perjalanannya di muara.

Ketika gunung-gunung tak lagi mampu menampung dan sungai-sungai tak lagi menerima isi, jadilah banjir yang menyengsarakan.

Air tak pernah ingin membuat sengsara.
Air tak pernah dendam, meski manusia merusak gunung tempatnya bersemayam.
Meski manusia merusak sungai yang menjadi jalannya.
Air hanya bergerak sesuai karakter dirinya.

Manusia yang berakal budi dan pekerti, ternyata hanya menggunakan akalnya untuk mengakali.
Munggunakan budinya untuk koleksi alibi.
Menggunakan pekertinya untuk membangun konspirasi.

Membabat hutan, menghindari kewajiban reboisasi
Mengolah lembah dan ngarai, mengabaikan konservasi.
Membuang limbah tanpa ingat regulasi.

Kalau seperti ini bagaimana air bisa mengairi.
Bagaimana alam bisa menghindarkan manusia dari kelam.
Bagaimana semesta bisa menjadi sahabat yang bermanfaat.

Semesta akan mengarahkan dirinya untuk memberi manfaat ketika manusia menggunakan akal budi pekerti dengan sebaik-baiknya.

<Kang Win, Juni 29, 2020>

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun