Teh dan kopi merupakan komoditi perkebunan yang menjadi andalan Kab. Bandung. Â Puluhan ribu hektar tanaman teh bagai permadani raksasa terhampar sejauh mata memandang. Jutaan tanaman kopi dalam beberapa tahun terakhir telah memperkaya komoditi perkebunan Kab. Bandung.
Sungai Citarum yang membelah Jawa Barat, berhulu di Kab. Bandung tepatnya di Situ Cisanti Kecamatan Kertasari. Di sepanjang aliran utama Sungai Citarum inilah terdapat 3 waduk besar, waduk buatan (Jatiluhur, Saguling dan Cirata) yang dari PLTA yang berdiri di 3 waduk tersebut, memberikan kontribusi  terbesar kepada Jaringan Listrik Jawa Bali.
Di Bidang tenaga listrik ini, Kab. Bandung juga menjadi penghasil terbesar listrik tenaga panas bumi di Indonesia.
Itulah berkah dari kondisi geografis yang dimilikinya. Lalu bagaimana dengan kondisi demografisnya. Sudahkan berkah geografis itu berjalan beriringan dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Ataukah justru berkah grografis itu tereliminasi oleh bonus demografi. Dibutuhkan penelitian yang seksama untuk menjawabnya.
Namun beberapa indikator umum memperlihatkan kemajuan yang menggembirakan. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) terus meningkat mencapai 71,02 (2017) dan Koefisien Gini terus menurun dari tahun ke tahun (0,405 tahun 2017).
IPM adalah indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. Semakin tinggi IPM semakin baik. IPM ini diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) tahun 1990.
Sedangkan koefisien gini adalah indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Koefisien gini mempunyai skala 0 - 1. Koefisien gini 0 menunjukkan adanya pemerataan yang sempurna, sementara 1 menunjukkan ketimpangan sempurna. Semakin kecil nilai koefisien gini, semakin baik.
Penduduk Kab. Bandung berjumlah 3.775.279 orang (2019). Adalah hal yang tidak mudah mengurus pembangunan manusia yang jumlahnya relatif besar, dengan tingkat PAD (pendapatan asli daerah) yang relatif tidak tinggi (untuk tidak mengatakan rendah) serta jumlah RAPBD hanya Rp. 4,7 trilyun (2020). Meski jumlah ini merupakan salah satu yang terbesar di Provinsi Jawa Barat.Â
Dari perspektif ini, apresiasi masih cukup pantas diberikan kepada Pemerintahan Kab. Bandung. Sudah barang tentu apresiasi ini dibarengi dengan harapan akan semakin baiknya kinerja yang ditunjukkannya di hari-hari selanjutnya.
Soreang hari ini sebagai ibukota kabupaten, belumlah menunjukkan kemajuan kota untuk sekelas Kab. Bandung, jika mengingat Kota Bandung dengan segala gemerlap dan kemegahan Paris van Java yang terpaksa ditinggalkan untuk diserahkan kepada Pemerintah Kota Bandung.Â
Di luar kompleks perkantoran birokrasi yang sudah relatif memadai, beberapa fasilitas dan sarana lainnya memang sudah terbangun di Soreang. Tapi relatif masih jauh dari sebutan kota yang maju.