Mohon tunggu...
MUSHOFA
MUSHOFA Mohon Tunggu... Guru - KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Hobby Baca Buku-Buku Islami Klasik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bercermin

10 Desember 2022   11:00 Diperbarui: 10 Desember 2022   11:00 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

BERCERMIN

"Menceramahai orang lain itu gampang, yang sulit itu menceramahi diri sendiri.

Menasehati orang lain itu gampang, yang sulit itu menasehati diri sendiri.

Menulis kata-kata bijak di medsos itu ya gampang, yang sulit itu berbuat bijak pada diri sendiri. 

Mungkin, sesekali kita harus cari cermin dan berdiri didepannya, kita pandangi wajah kita dan katakan siapa saya sebenarnya?"

 

Itulah sepenggal kata hatiku. Kita sering memberikan nasehat kepada orang lain, tapi terkadang lupa kalau diri kita sendiri ini juga perlu mendapat nasehat. Melihat orang malas kita sering merasa paling rajin. Melihat orang tidak beribadah kita sering merasa menjadi abid, melihat orang maksiat kita sering merasa suci, melihat orang lemah kita merasa paling kuat, melihat orang lain rendah kita sering merasa tinggi. Bercerminlah, bukankah "seorang mukmin itu cermin bagi lainnya". Harusnya ketika melihat orang lain malas ibadah, kita merasa itu sebenarnya gambaran diriku, ketika melihat orang lain maksiat itulah gambaran diriku. Maka aku harus memperbaiki diriku, bukan malah menyalahkan orang lain. Sebenarnya itu teguran buat aku.

Intropeksi itu penting, agar kita tidak merasa paling hebat di tengah-tengah orang banyak, sebenarnya kita ini bukan siapa-siapa di tengah-tengah orang yang tidak mengenali kita. Coba saja anda pergi di suatu daerah asing yang masyarakatnya belum mengenali anda, anda masuk mall atau pasar yang banyak manusia disana, lalu anda masuk dan berdiri disana, apakah ada orang yang menyapa anda? Apakah ada orang menghormati anda? Apakah ada orang yang menyanjung-nyanjung anda? Apakah ada orang yang cium tangan anda? Tentu tidak, kenapa? Karena anda bukan siapa-siapa dihadapan orang yang tidak mengenali anda.

Kalau begitu, pengaruh anda dimana? Kehormatan anda dimana? Kemuliaan anda dimana? Itu semuanya hanya di lingkungan anda sendiri. Maka, memabanggakan pengaruh, kehormatan, kemuliaan adalah bagian dari nafsu. Yang itu ternyata dihadapan manusia lain tidak ada gunanya. Terus kenapa perasaan paling hebat saat ini masing ada dalam diri anda? Kesombonganlah yang sebenarnya menutupi hati itu. Sehingga kita lupa dengan siapa kita sebenarnya.

Menyuruh orang lain bijak itu gampang, tapi membawa sikap bijak untuk diri sendiri ini sulit. Ayo bercermin!! Pandangi diri kita, sebenarnya siapa kita? Kita hanyalah manusia lemah yang hampir tiap detik melakukan dosa, tapi kenapa semangatnya kok menyalahkan yang lainnya, bukan memperbaiki diri sendiri. Apalah kaca cermin anda buram, atau sudah pecah. Sehingga anda tidak bisa melihat diri sendiri dicermin itu. Semoga cermin kita masih baik-baik saja, mungkin hanya perlu di lap dan disemprot dengan air muhasabah, dilap menggunakan kalimah dzikir dan di keringkan dengan menggunkan cahaya keimanan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun