Mohon tunggu...
MUSHOFA
MUSHOFA Mohon Tunggu... Guru - KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Hobby Baca Buku-Buku Islami Klasik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Iri dan Persaingan

9 Desember 2022   14:00 Diperbarui: 9 Desember 2022   14:00 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

IRI & PERSAINGAN

Kita lihat dulu pembahasan ini dari sisi terminologinya. Iri yang dalam bahas Arabnya adalah "hasad" secara istilah artinya anda senang dan menginginkan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain dan berharap, serta senang jika nikmat tersebut hilang darinya atau senang jika orang lain itu tertimpa musibah. Terlihat sekali bahwa iri adalah perbuatan jahat. Makanya Rasulullah SAW sendiri tidak segan-segan mengatakan: "Iri bisa memakan amal kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar" (HR. Abu Daud).

Rasa iri ini jika ada dalam diri seseorang akan menimbulkan persaingan tidak sehat, permusuhan, bahkan bisa sampai pada level pembunuhan. Orang yang dihinggapi rasa iri hidupnya tidak akan tenang. Karena ia kehilangan rasa syukur nikmat yang ada pada dirinya, sebab sehari-hari yang dilihat adalah kenikmatan yang ada pada diri orang lain. Bisa dipastikan orang yang selalu iri hidupnya pasti hancur dengan sendirinya, pasti hina, pasti binasa, karena ia hidup dalam ketidaknyamanan.

Hakekat dosa iri itu sebenarnya terletak pada rasa tidak ridhanya atas ketetapan Allah Swt. kepada orang lain. Ia merasa "kenapa orang lain seperti itu, sedangkan aku tidak", padahal semua itu terjadi di atas ketentuan Allah Swt. Disinilah murkanya Allah Swt. kepadanya. Orang yang iri, selalu tidak terima dengan apa yang ada pada dirinya. Ia selalu ingin sama dengan orang lain. Namun perlu dicatat, bahwa iri yang berdosa itu iri yang berkaitan dengan dunia. Seperti harta, jabatan, pekerjaan, wanita, karir, dan lain sebagainya. Adapun iri yang berkaitan dengan amal kebaikan dan ilmu, justru sangat dianjurkan. Anda iri dengan orang lain tentang amal kebaikannya yang baik, justru malah bagus, karena perasaan iri menjadi motivasi berbuat kebaikan.

Berbeda dengan persaingan baik. Kalau persaingan baik ini dalam Islam istilahnya adalah "Ghobthoh" ada yang mengistilahkan "munafisah" yaitu mempunyai keinginan seperti orang lain tetapi tidak senang jika nikmat itu hilang dari orang lain yang diingini itu. Artinya disini kepingin seperti orang lain yang sukses tetapi tidak punya perasaan buruk kepada orang lain itu. Nah, ini yang baik. Karena akan memunculkan persaingan yang baik, istilah inilah yang kemudian dikenal dengan "fastabiqul Khoirot" berlomba-lomba dalam kebaikan.

Persaingan seperti ini bagus, dalam rangka kemajuan bersama. Persaingan tanpa permusuhan. Persaingan sehat. Yang diadu adalah kualitas dan prestasi bukan caci maki. Semangat persaingan ini harus tetap ada di semua lini kebaikan. Pendidikan kita harus maju, kita harus iri dengan negara lain yang pendidikannya lebih maju, ekonomi, ilmu dan teknologi kita harus maju, kita harus iri dengan negara tetangga. Dengan persaingan sehat, ghirrah semangat perjuangan akan ada.  Orang lain lebih giat beribadah kita harus iri, "aku harus bisa seperti dia" begitu semangatnya. Hal yang demikian ini dibolehkan. Bahkan harus!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun