Mohon tunggu...
Raditya Riefananda
Raditya Riefananda Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penjual Buku Eceran | Founder Aksarapedia.id "Hanya manusia biasa yang gemar menulis. Menulis yang saya bicarakan, berbicara apa yang saya tuliskan. Menulis apa yang saya lakukan, melakukan apa yang saya tuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Baper Memaknai "Pribumi"

17 Oktober 2017   16:57 Diperbarui: 17 Oktober 2017   17:01 1604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafis : Dokumentasi Pribadi

Ketahui ini, Sayang. Sebenarnya aku ingin menuliskan "Jangan Tolol Memaknai Pribumi!". Tapi ku urungkan itu, karena ku ingin melembutimu saja. Tapi percayalah, akan banyak diksi-diksi yang membuatmu sedikit clekit-clekit hingga akhir kata-kataku.

Sayang coba ingat ini.

Kamu enggak perlu mendadak menjadi stupid memahami diksi "pribumi" dalam sebuah ucapan atau tulisan seseorang, hanya karena dirimu telah dipenuhi oleh rasa kebencian pada orang itu. Hingga akhirnya kamu membuat pembenaran-pembenaran untuk membela pemikiranmu, yang aku yakini bahwa kamu sendiri tau hal itu adalah salah.

Dirimu itu penggerak literasi. Pisahkan mana kebencian dan mana kebenaran. Sampaikan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Seperti itu kamu seharusnya.  

Aku tau. Dirimu sedang menilai seseorang yang kau anggap rasis melalui pidatonya. Tapi sekali lagi, sebagai penggerak literasi, kamu harus memahaminya secara utuh. Membaca penuh, tanpa sekalipun memotong-motong apa yang di sampaikannya. Apalagi mencampur adukkan kebencian disaat menilainya.

Coba perhatikan pidatonya ini yang aku ambilkan dari sebuah video pada menit menit 06.30-08.00 :

Kutip :

"Jakarta ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan kolonialisme dari dekat. Penjajahan di depan mata itu di Jakarta. Selama ratusan tahun (betul tidak sekalian). Di tempat lain penjajahan mungkin terasa jauh. Tapi di Jakarta, bagi orang Jakarta, yang namanya kolonialisme itu di depan mata. Dirasakan sehari-hari.  Karena itu, bila kita merdeka maka janji-janji itu harus terlunaskan bagi warga Jakarta. Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan, kini telah merdeka. Kini saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai, Jakarta ini seperti yang dituliskan dalam pepatah Madura Itik se atellor, ajam se ngeremme. Itik yang bertelor Ayam yang mengerami. Kita yang bekerja keras yang untuk merebut kemerdekaan, mengusir kolonialisme, kita semua harus merasakan manfaat kemerdekaan di ibu kota ini."

*****

Kamu juga enggak boleh lepas dari konteks yang utuh pada videonya, Sayang. Perhatikan menit ke 12.15-13.38, dimana orang yang kau benci itu mengungkapkan hal yang berbeda. Ia menyatakan, bahwa negara ini dibangun bukan hanya untuk satu golongan.  :

Kutip :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun