Karakteristik Yogyakarta yang notabene mempunyai banyak julukan, kota pendidikan, kota budaya, kota pariwisata dan masih banyak julukan lagi tidak perlu kita sebutkan. Yogyakarta merupakan kota yang dikelilingi oleh Gunung dan pegunungan yang membuat tanahnya sangat subur untuk sektor pertanian. Stok bahan organik yang senantiasa disediakan oleh Gunung merapi tidak pernah henti. Tapi melihat kondisi pertanian saat ini semakin mengkhawatirkan.Â
Betapa tidak, saat ini masalah utama adalah generasi muda yang sangat sulit untuk meneruskan usaha pertanian, saat lahan sawah sudah turun waris, rata rata dijual dan yang membeli kebanyakan orang luar(bukan keluarga). Belum lagi dukungan subsidi saprodi yang semakin dibatasi, rumusan perencanaan yang di Kapanewon tertentu harus kehilangan lahannya untuk kantorlah, untuk industri lah, untuk pemukiman, dan lain sebagainya.Â
Setelah itu harga jual komoditas yang tidak menentu membuat orang yang sebelumnya belum pernah bertani akan sulit meneruskan usaha pertanian orang tuanya. Laju perkembangan penduduk menyebabkan semakin sempitnya lahan pertanian, tidak hanya itu saja serangan pengembang dan pembeli dari luar Yogyakarta yang seperti membeli kacang saat Tanah terkapling.Â
Saat ini tengah menunggu rumusan PLP2B perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang belum kunjung usai pada saat proses itu juga lahan yang tadinya sudah masuk dalam rancangan PLP2B telah beralih fungsi bukan peruntukannya. Yang menjadi sedikit pertanyaan adalah Keistimewaan Yogyakarta, mampukah mempertahankan keistimewaannya. Saat ini jika dilihat, Yogyakarta semakin menjadi metropolitan.