Di dalam lingkaran kegelapan hidup, selalu tersimpan secercah cahaya yang mampu membalikan nasib kehidupan. Begitupun di dalam terang dan keceriaan hidup, kita mesti hati-hati, karena di sana tersimpan blind spot, titik hitam yang tidak terlihat dan bisa menggerogoti devisa kebahagiaan.Â
Meski begitu saya meyakini bahwa Tuhan menciptakan manusia di panggung semesta ini bukan sebagai hukuman dan penderitaan.Â
Hidup adalah anugerah. Hidup ini mesti disyukuri dan dirayakan. Hidup adalah ladang bercocok tanam dan bertaman ria.
Setiap orang menginginkan kehidupan yang ideal. Â Hidup yang memberikan kenyamanan, kesenangan, kesejahteraan dan keamanan. Namun kenyataannya terkadang memberikan yang sebaliknya, ketika dijalankan ternyata tidak seindah seperti yang diharapkan.Â
Dunia memang menawarkan beribu pintu sukses, pintu kebahagiaan, dan pintu pintu lainnya untuk menikmati keindahan hidup yang selalu dicari dan diburu manusia.Â
Jika manisnya dunia
sudah digenggam, orang pun enggan mati, dan enggan berpisah dengan dunia. Namun dibalik tawaran keindahan dunia selalu tersembunyi pintu-pintu jebakan yang bisa mendatangkan kesengsaraan, nestapa dan kesusahan.Nah pada titik inilah dibutuhkan agama yang akan membimbing seseorang agar bisa melalui jalan kehidupan di dunianya dengan tepat dan benar sehingga ia bisa bisa selamat di dunia maupun ahirat kelak.
Dalam mengarungi lika liku kehidupan tersebut seseorang memang harus bisa belajar dan mengambil hikmah dari setiap fase kehidupan yang dilaluinya. Pembelajaran tersebut itulah yang dinamakan dialektika kehidupan.
Sekian.
Penulis MIHDAR ketua Poktan BUTA (Bumi Tani Anugerah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H