Mohon tunggu...
Abdullah Alhadad
Abdullah Alhadad Mohon Tunggu... Guru - Semuanya bercerita tentang cara bertahan hidup, dan menjadi pribadi yang bermanfaat adalah cara hidup dalam keabadian

Seorang Guru Informatika di Jenjang SMP, Penulis, Blogger, dan Praktisi IT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Cita-Cita Menjadi Youtuber

13 Februari 2023   08:45 Diperbarui: 13 Februari 2023   08:49 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah survei akhir-akhir ini menunjukan informasi yang cukup menarik, dimana informasi hasil survei ini menunjukan kalau rata-rata remaja di Indonesia memiliki cita-cita sebagai youtuber. 

Sementara di negara ASEAN yang lain, cita-cita para remaja bervariasi mulai dari Guru, penulis, ahli gizi, dan yang berbeda mungkin adalah Thailand yang di dominasi adalah sutradara film. Lalu, kenapa di Indonesia di dominasi menjadi Youtuber?

Kenapa menjadi youtuber?

Di artikel sebelumnya, saya telah menyebutkan kalau anak-anak kita dan sebagian remaja kita hari ini, adalah generasi Alpha. Yaitu generasi yang sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan, telah hidup berdampingan dengan teknologi, khususnya komputer. Secara khusus, sejak bayi, balita dan anak-anak mereka telah terbiasa menggunakan gadget, dengan aplikasi secara khusus yaitu Youtube.

Entah apakah aktifitas ini direncanakan dengan program (by design) oleh orang tua, atau sekedar alternatif singkat untuk mengalihkan perhatian anak, tapi faktanya youtube sudah menjadi bagian dari hidup anak-anak kita. 

Sejenak bisa kita perhatikan, di masa-masa usia emas ini, anak adalah pembelajar dan peniru ulung. Kita lihat bahwa mereka seringkali meniru nyanyian, suara, gerakan, bahkan gaya dari youtuber favorit mereka. Oleh karenanya tidak heran jika menjadi youtuber adalah cita-cita sebagian besar anak-anak dan remaja.

Alasan berikutnya, ini yang harus kita antisipasi sebagai orang tua, yaitu orang tua yang terbuai oleh iming-iming materi dan popularitas. Dampaknya adalah anak di dorong dan di motivasi untuk menjadi youtuber. 

Untuk mendapatkan keuntungan materi secara instan, tidak sedikit pula orang tua yang menjadikan anaknya sebagai objek konten youtube. Aktifitas-aktifitas ini harus kita waspadai, jangan sampai orientasi hidup anak kemudian menjadi materialistik dan narsistik secara berlebihan.

Peran Pendidikan 

Bagaimana dengan peran sekolah? Sebagai lembaga yang menjadi fasilitas bagi anak untuk belajar, maka sekolah memiliki tugas yang strategis, sekaligus menantang. Bagaimana mengarahkan potensi dan cita-cita anak berdasarkan orientasi yang benar.

Sekolah harus memiliki kekuatan untuk memegang teguh nilai-nilai kebenaran berdasarkan amanat undang-undang no. 20 tahun 2003. Salah satu orientasi ini adalah dengan tetap dalam tujuan pendidikan yaitu untuk mencetak generasi yang beriman dan bertakwa, serta memiliki budi pekerti yang luhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun