Mohon tunggu...
Imam Maliki
Imam Maliki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia yang ingin berbuat lebih, melebihi rasa malas

Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Berbuka dengan Empal Daging

22 Mei 2018   16:47 Diperbarui: 22 Mei 2018   18:11 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Saya punya teman dari Lamongan, kuliah di Unibraw. Eko namanya. 2008 dia lulus kuliah. 7 tahun dia habiskan di bangku kuliah. Jika dekan tidak memberikan 'surat cinta' deadline batas akhir kuliah, mungkin 10 tahun kuliah pun oke saja. Hidupnya serba santai. Jika sudah tidur dari pagi sampai pagi dia kuat. Meskipun Lamongan dekat dari Malang, jarang sekali dia pulang ke kotanya. 

Komentar yang terkenal dari dia " jika sejengkal ini terpenuhi, dunia aman" sambil menunjuk perutnya.

Bulan ramadhan adalah yang paling dia suka, karena makanan terjamin. Dari ratusan masjid di kota Malang dia paham masjid mana yang menyuguhkan takjil yang paling enak, masjid mana yang menyediakan makan sahur dan masjid mana yang garing alias cuma nyediakan kurma saja untuk berbuka. 

Menurut eko di Jl. Sumbersari ada masjid 'M' dan di Jl. Sukarno Hatta ada masjid 'F' yang terkenal mewah menyuguhkan makanan berbuka. Habis tarawih dia di ajak futsal oleh komunitas pemuda lamongan. Dia berpikir untuk mendapatkan nutrisi yang lebih. 

 "Hari selasa harus dapat nasi kotak dengan lauk empal"pikirnya.  Maka dia putuskan ke masjid 'F'.

Jam 15.00 WIB dia sudah sampai di masjid, mendengarkan pengajian jelang berbuka. 

Temannya sesama mahasiswa Lamongan mengajak dia untuk ke masjid 'F' lebih dekat dengan tempat kos-nya, tapi eko tetap yakin ingin berbuka di masjid M meskipun lebih jauh biasanya dugaannya tidak pernah meleset. Empal daging selebar bola pingpong membayanginya.

Adzan berkumandang, tiba waktunya berbuka.

Kurma 3 biji di bagikan untuk takjil.

Setelah shalat magrib jamaah di beri nasi kotak satu persatu. Setelah dapat nasi kotak, jamaah langsung semburat ke teras masjid, menyantap hidangan masing. 

Di depan masjid Eko pucat, diam saja, seperti tidak semangat menjalani hidup, nasi kotak di biarkan tergeletak di depannya. 

Ada apa pak eko?

"Lalapan lele"

*sebagian besar orang lamongan pantang makan ikan lele, karena dianggap sebagai nenek moyangnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun