Mohon tunggu...
Imam Maliki
Imam Maliki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia yang ingin berbuat lebih, melebihi rasa malas

Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Candi Kidal, Bukti Bakti Raja Singosari pada Sang Ibu

14 Mei 2018   05:25 Diperbarui: 14 Mei 2018   07:54 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
akulamongan.wordpress.com

Candi kidal terletak di desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang, 5 km di selatan Candi Jago. 20 km dari kota Malang. Menurut Kitab Negarakretagama Candi Kidal di bangun pada masa raja Ranggawuni atau Sri Jaya Wisnuwardhana sebagai pendarmaan raja Anusapati, raja Singosari kedua yang bergelar Panji Anengah memerintah selama 20 tahun (1227-1248).

Candi kidal selesai di bangun pada 1248 M,  tepat pada saat 12 tahun dari kematian Raja Anusapati atau sering di sebut upacara Crada (12 tahun dari kematian)

Ditemukan pada 1926, Candi kidal mengalami pemugaran pada 1990. Penamaan kidal di ambil dari posisi candi yang berada di selatan dari kerajaan singosari. Kidal berasal dari bahasa jawa yang berarti kiwo (kiri) atau pinggir.

Ini bisa di mengerti karena Anusapati yang di darmakan di Candi Kidal adalah anak tiri dari raja pendiri Kerajaan Singosari, Ken Arok. Ada keyakinan anak tiri tidak boleh bercampur dengan anak kandung. Meskipun menurut Negarakretagama pada era Raja Anusapati, rakyat dari Kerajaan Singosari hidup rukun dan dalam kemakmuran.

Ibu Siti Romlah juru kunci Candi kidal menjelaskan Candi Kidal merupakan candi permulaan sebagai tempat pemujaan di Jawa Timur. Bentuknya mengadopsi candi-candi Jawa Tengah.

dokpri
dokpri
Membaca Relief Candi

Cara membaca relief Candi Kidal berlawanan dengan arah jarum jam, yaitu dari arah selatan terus ke belakang, berbeda dengan candi-candi lain yang searah jarum jam. Cara berlawanan ini di sebut prasawiya. Cara prasawiya inilah salah satu alasan kenapa candi ini di namakan Candi Kidal.

Dalam kesusastraan jawa kuno sangat di kenal mitos Garudheya, yaitu seekor garuda yang berhasil membebaskan ibunya dari perbudakan dengan tebusan air suci amerta. Relief itu di percaya karena keinginan Anusapati yang ingin meruwat Kendedes,

Pada relief yang pertama di gambarkan seekor garuda menggendong 3 ekor ular besar, relief kedua melukiskan seekor garuda dengan kendi diatas kepalanya. Dan relief ketiga garuda menggendong seorang wanita.

Pada suatu hari di sebuah pertapaan tinggal seorang resi bernama Resi Kasyapa dengan dua istri yang keduanya saudara kandung, yaitu Dewi Winata dan Dewi Kadru. Demi untuk mendapatkan perhatian lebih dari suaminya, keduanya harus bersaing keras, apalagi keduanya belum di karuniai anak.

dokpri
dokpri
Pada suatu hari Dewi Winata kedatangan seorang dewa yang menghadiahkan telur kepadanya. Dewa itu berpesan agar Dewi Winata menjaga telur itu baik-baik, sampai telur itu menetas. Dewi Winata di haruskan merawat dengan baik mahluk yang keluar dari telur tersebut. Pada waktu yang bersamaan ternyata Dewi Kadru juga mengalami kejadian yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun