Mohon tunggu...
Imam Maliki
Imam Maliki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia yang ingin berbuat lebih, melebihi rasa malas

Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

200 Milyar Cukup untuk Membuat Jawa Timur Maju

13 Januari 2018   15:47 Diperbarui: 13 Januari 2018   15:53 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Drama pilgub Jawa Timur terus saja terjadi. Mulai mundurnya cawagub cemerlang Abdullah Azwar Anas, keengganan Tri Rismaharini sebagai penggantinya, keengganan mbak yenny menjadi Cagub, hingga pengakuan dari La Nyalla Mataliti di palak Ketua Gerindra Prabowo Subianto 40 Milyar.  Ini masih januari, kurang 5 bulan lagi yaitu 27 Juni 2018. Kita tunggu, drama apalagi yang akan terjadi.

Menurut La Nyalla, dia dibebani 40 milyar untuk membayar saksi. Dan untuk kampanye dan lain-lain di suruh menyiapkan 200 milyar. La Nyalla pun siap dengan sejumlah itu. Bahkan beliau sudah menyiapkan 500 Milyar. Wuih, jumlah yang fantastis.

Kok mahal ya untuk memperebutkan posisi pelayan masyarakat. Jabatan gubernur adalah jabtan pelayan masyarakat, sama dengan jabtan eksekutif dan legislative yang lainnya.

Ketika penulis menulis artikel ini di Warkop Toef pertigaan Kacuk kota Malang. Datang seorang laki-laki paro baya. Jalannya pincang, dengan alat penyangga tubuh. Bibirnya agak perot dan mata sebelah kanan agak (maaf) mendelik. Dia memesan segelas kopi.

"saking pundi pak" (darimana pak)?

"saking berobat ten gondanglegi (dari berobat ke gondanglegi"

"sakit nopo? (sakit apa)"

'Kulo sakit Diabetes (saya sakit diabetes)"

" Lho, kok pesen kopi (kok pesan kopi)?'

'Enggeh kulo pingin' Sampun dangu mboten nginum kopi (iya saya ingin kopi, sudah lama tidak ngopi)"

"Daleme pundi (rumahnya mana)?"

"Kulo blitar, niki nunggu bade di jemput (saya blitar nunggu di jemput jam 7)"

"Kok mboten naik bus (kok tidak naik bus)?"

"Ngapunten arto kulo sampun telas, budale kulo nggeh numpak bus (maaf uang saya habis, tadi berangkatnya naik bus)"

Perbincangan berlanjut, ternyata rumahnya di kademangan kampong coklat Blitar. Dia mempunyai 2 anak perempuan kembar. Dia sudah berpisah baik-baik dengan istrinya, sekarang istrinya di nikahi teman karibnya. 

Waktu pernikahan dia juga menyaksikan. Dia pasrah dan ikhlas karena sudah tidak bisa bekerja dan tidak bisa menafkahi lahir batin istrinya.

Cerita nyata di atas seringkali kita temui, jika berbaur dengan masyarakat. Problematika masyarakat begitu komplek. Terutama masalah kesulitan ekonomi. Membaca prolog di atas, menjadi ironi. Karena di sisi yang lain sebagian kecil dari rakyat Indonesia bergelimang harta.

Untuk menjadi gubernur sebenarnya tidak lah terlalu mahal jika dia sudah berbuat banyak untuk rakyat.

Ketidakberhasilan mendapatan rekomendasi untuk maju sebagai calon Gubernur, harus di syukuri oleh pak La Nyalla. Karena jika di paksakan untuk maju justru malu nantinya yang akan di dapatkan, dan uang milyaran akan menguap. 

Uang 40 milyar dan 200 milyar sangat cukup untuk mengentaskan kemiskinan di jawa timur dan menciptakan 3 % wirausahawan baru sebagai syarat menjadi propinsi (Negara) maju.

Kata guru kami, Tuhan seringkali menyelamatkan kita dengan kejadian yang tidak mengenakkan.

Maaf. Wallohu'alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun