Mohon tunggu...
Imam Maliki
Imam Maliki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia yang ingin berbuat lebih, melebihi rasa malas

Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menguji Kaki, Memanjakan Mata, Menapaki Bromo yang Menawan

9 Januari 2018   14:00 Diperbarui: 9 Januari 2018   14:19 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liburan ke bromo ini destinasi terakhir di hari terakhir tahun 2017. Ini reuni kedua dengan bromo setelah 20 tahun lalu saat SMA dengan teman 1 kelas pernah berkunjung ke Gunung Bromo meskipun dulu hanya di tempat pemberhentian atau penanjakan  (view point). View point ini tempat yang sangat strategis untuk melihat matahari terbit. Matahari akan perlahan menampakkan dirinya,dengan latar Gunung Bromo dan Gunung Batok yang eksotik.

 Kami Ber-enam ke Gunung Bromo. Anak, istri, keponakan 2 dan seorang teman dari Prancis. Kami lewat jalur Poncokusumo. Selain lewat dari poncokusumo. Menuju ke Gunung Bromo bisa melalui jalur Nongkojajar Pasuruan dan jalur Cemoro lawang Probolinggo.


Bagi pembaca yang mempunyai keinginan pergi ke Gunung Bromo. Setidaknya harus mempersiapkan 3 hal. Pertama, mental.  Gunung Bromo yang berada di ketinggian, akan membuat pusing bagi yang fobia ketinggian (acrophobia).  Kedua, minuman. Jarak yang jauh dari parkiran jeep dengan kawah bromo harus membawa perbekalan minuman yang cukup, agar tidak sampai dehidrasi.

Ketiga, jaket, sarung tangan, kerpus. Suhu Gunung Bromo pada siang hari 16OC. Jika sudah memasuki kemarau suhu sekitar bromo pada tengah malam sampai subuh bisa mencapai 0oC. Keempat, Geliga Krim, ini sangat penting di lakukan untuk mengindari kaki kram. Sebab jarak antara pemberhentian jeep dengan tangga gunung berjarak 2 km. Belum lagi harus menaiki tangga 250 undakan. Geliga krim ini selain praktis, manfaatnya juga sangat besar bagi seorang penjelajah gunung. Kemasan praktis sangat mudah disisipkan di saku celana. Dan yang penting krimnya tidak membuat noda di pakaian.

Memang, ada alternatif menaiki kuda jika tidak ingin capek munuju puncak bromo. Tapi, jika ingin mengekplorasi keindahan bromo sebaiknya jalan kaki. Dari pemberhentian jeep ke anak tangga menuju puncak akan di dapati sensasi perjalanan yang luar biasa. Sebelah kanan terdapat gunung menjulang tinggi yang ditumbuhi pepohonan hijau. Jika melihat foto di media dengan judul Gunung Bromo seringkali gunung ini di sangka gunung bromo, padahal itu Gunung Batok.  Kata Batok berasal  dari bahasa jawa yang berarti tempurung kelapa.

Dahulu, di sekitar Gunung Bromo ada seorang raja dari kerajaan Majapahit,  istrinya melahirkan bayi perempuan yang mungil dan cantik. Ketika di lahirkan bayi perempuan itu hanya diam saja melihat sekelilingnya, sehingga di namakan Roro anteng. Pada waktu bersamaan juga lahir bayi dari seorang istri pendeta. Bayi ini mempunyai rupa yang tampan dan menangis keras ketika dilahirkan, sehingga dinamakan Joko seger.

Roro anteng dan Joko seger seumuran. Keduanya tumbuh bersama, hingga keduanya jatuh cinta dan berjanji sehidup semati. Tapi, pada suatu hari di desa itu datanglah perampok sakti, ketika melihat kecantikan Roro anteng. Dia mempunyai keinginan meminang Roro anteng. Roro anteng yang sudah berjanji setia dengan Joko seger membuat siasat. Dia bersedia di kawin perampok sakti itu dengan sarat harus membuat lautan di sekitar Gunung Bromo.

Perampok itu bersedia memenuhi permintaan Roro anteng. Maka pada waktu tengah malam, naiklah perampok itu ke atas Gunung Bromo dengan membawa batok. Sambil meminta bantuan mahluk halus penghuni Gunung Bromo diapun mengucap mantra. Maka, di sekitar Gunung Bromo muncullah lautan. Ketika lautan di sekitar Gunung Bromo hampir jadi. Roro anteng memanggil  bantuan para peri untuk membuat tetabuhan lesung agar mahluk halus mengira hari telah pagi. Sehingga ritual perampok itu gagal. Maka gagallah perampok itu membuat lautan di sekitar Gunung Bromo. Karena gagal perampok itu marah dan melempar batok ke tanah hingga menjadi gunung batok, sedangkan lautnya menjadi lautan pasir. Tidak lama kemudian, Roro anteng dan Joko Seger menikah dan melahirkan keturunan yang banyak, sehingga keturunan dari Roro anteng dan Joko seger dinamakan suku tengger yang merupakan perpaduan dari nama Anteng dan Seger.

koleksi pribadi
koleksi pribadi

Kembali ke perjalanan. Diantara tempat pemberhentian jeep dengan tangga gunung akan di dapati Pura Luhur poten. Pura ini dibangun pada tahun 2000 sebagai tempat pemujaan Dewa Brahma (dewo brohmo), Brohmo asal mula nama Bromo. Menjadi tempat sembahyang masyarakat desa  Ngadas yang mayoritas beragama Hindu. Komunitas agama Hindu di seluruh indonesia terutama dari bali seringkali mengunjungi Pura ini sebagai salah satu destinasi wisata religi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun