Mohon tunggu...
Badruz Zaman
Badruz Zaman Mohon Tunggu... Human Resources - Penghobi olah huruf A s.d. Z

Pengharap Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Nasi Penggel, Kuliner Rakyat Sejak 1948

7 Oktober 2021   07:21 Diperbarui: 19 Oktober 2021   12:01 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara makanan khas di Jawa Tengah sangat banyak dan beragam. Tinggal kategorinya apa? Pernasian, camilan atau buah tangan. Saya akan ulas tentang pernasian yang khas dari kota asalku Kebumen . Nasi Penggel. Ya, tersedia hanya di pagi hari sekitar habis subuh sampai siang jam 9 pagi atau sehabisnya penjual dalam jualan nasi penggel. 

Pada cerita rakyat yang beredar, terciptanya nasi penggel sejak 1948 untuk memudahkan pengiriman ke wilayah kekuasaan Belanda di Kebumen barat. 

Kemudian nasi dikepal-kepal bulat. Cukup legendaris hingga sekarang menjadi kuliner rakyat berada di pinggir jalan, tidak berada di restoran atau warung makan besar.

Sekarang, nasi penggel tidak hanya ada di daerah Gunungsari Pejagoan atau selatan pertigaan jembatan tembana arah Peniron. Ada sekitar 4 penjual di Gunung sari ini dengan 'cepon/bakul' tradisionalnya sebagai wadah bahan-bahannya.

Tinggal pilih mau bakul yang mana. Ada juga cabang di Jl. Pemuda dan Jl. Sarbini Wonoyoso yang katanya juga dari Gunungsari. Sebetulnya masih ada satu tempat lagi yaitu di selatan perempatan mertakanda, namun warung ini menjual berbagai macam sayur hingga yang datang kesitu bukan khusus penikmat nasi penggel.

Tiga tempat tersebut khusus hanya menjual paket nasi penggel. Yaitu; Nasi yang dibuat butir seperti bola pimpong, sayur santan nangka/tahu kepong/tempe munthuk/daun singkong, lauknya aneka daging sapi, kikil, bungur (congor), lidah dan jeroan sapi serta tempe mendo. Cara penyajiannyapun unik, memakai daun pisang dan sendok daun (suruh). 

Makannya bebas bisa jongkok, berdiri, dan duduk jika kebagian tempat duduk. Penjual juga menyediakan piring dan sendok makan bagi yang menghendaki. 

Kalau aku pilih pakai piring, lebih muat banyak wk wk wk. Karena nasi penggel ini berkuah maka wajar jika terlihat tumpah atau kuah yang menetes dari takir/wadah daun pisang. 

Pembeli juga boleh ambil nasi, sayur bahkan memilih lauk sendiri. Disinilah khas dan nikmatnya 'menggel' seperti di rumah sendiri, tapi tetap bayar ya, wk wk.

Sayangnya, nasi penggel di Kebumen baru tersedia di pagi hari di tempat-tempat tersebut. Sebelum Covid-19 melanda, nasi penggel juga ada di alun-alun Kebumen setiap hari Minggu pagi car freeday. Di malam hari, tidak ada yang jualan nasi penggel.

Padahal jika ada teman dari luar Kebumen, terkadang tanya nasi penggel di malam hari. Alhasil, harus menginap dech untuk bisa mencicipi nasi penggel khas Kebumen di pagi hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun