Mohon tunggu...
Nur Azis
Nur Azis Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sepanjang waktu

Bercerita dalam ruang imajinasi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Genting yang Bocor

3 November 2019   20:30 Diperbarui: 4 November 2019   01:34 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay/congerdesign

"Kamu cantik sekali, Nak." Kata Mak Darmi, penuh kagum.

Lena tersenyum, "Terima kasih, Ibu."

"Di luar hawanya sangat dingin, ayo Malika, ajak lah Lena masuk ke dalam!"

Dada Malika berdegup makin kencang. Ada perasaan khawatir. Semacam takut, jika Lena merasa tidak nyaman dengan kondisi rumahnya. Apakah semua harus berakhir setelah pertemuan malam ini? Entah lah. Lelaki yang baru pertama kali menjalin hubungan dengan perempuan itu, benar-benar pasrah.

Mak Darmi menggandeng tangan perempuan, yang malam itu mengenakan gaun merah yang indah. Berjalan masuk ke dalam rumah. Sementara, Malika, berjalan di belakang mereka. Berharap, semua berjalan dengan penuh keajaiban.

Doa Malika terkabul. Doa seorang anak, yang begitu patuh pada ibunya itu, sungguh didengarkan oleh sang Maha Pencipta. Malika tak melihat ada genangan air di lantai ruang tamu. 

Tak ada ember atau kaleng bekas cat berjajar di lantai depan TV. Tak ada air menetes di samping kamar. Rumah itu, benar-benar kering, tak lagi bocor.

"Malika, ajak Lena ke meja makan saja. Mak sudah menyiapkan beberapa hidangan lezat. Yang mungkin, tak pernah kalian jumpai di restoran mewah mana pun. Tapi jangan kuatir, soal rasa, masakan Mak jauh lebih enak."

Obrolan di meja makan itu, terasa begitu hangat di tengah derasnya hujan malam itu. Mak Darmi banyak bercerita, tentang anak-anaknya yang sudah sukses dan tinggal di luar kota. Juga bercerita tentang Malika, tentang suaminya, dan juga tentang malam ini.

Mak Darmi bercerita, bagaimana dia memaksa Pak Sugiman, untuk memperbaiki beberapa genting yang bocor di rumahnya. Awalnya tentu saja Pak Sugiman menolak. Dia harus bertugas di Pabrik, dan tak bisa ditinggalkan.

Lantas Mak Darmi mengancam, jika dia tak mau memperbaiki, maka Mak Darmi sendiri yang akan naik ke atas atap. Mendengar ancaman itu, Pak Sugiman tak sampai hati. Hingga akhirnya, dia terpaksa bertukar jadwal dengan teman sesama satpam. Semua itu dia lakukan, demi Mak Darmi.

Jepara, 3 November 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun