Mohon tunggu...
M. Hafizhuddin
M. Hafizhuddin Mohon Tunggu... Aktor - Kang Apis

Anggota Komunitas Tidur Berdiri di KRL

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Malaysia Vs Indonesia, (Mungkin) Akan Lebih "Panas" di Tribun

17 November 2019   19:00 Diperbarui: 18 November 2019   01:06 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antara Foto/Nova Wahyudi

5 September 2019, timnas sepak bola Indonesia harus mengakui keunggulan Malaysia 2-3 pada kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia di rumah sendiri, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Pada laga tersebut permainan Malaysia sebenarnya tidak bagus-bagus amat. Sayangnya permainan Indonesia juga malah melempem, terutama di babak kedua.

Kekalahan yang jelas sulit diterima, mengingat laga ini sarat gengsi. Rivalitas kedua negara ini bukan saja soal sepak bola, tapi kultur dan bahkan perkara cendol sekalipun.

Tak heran jika di akhir laga kedua suporter terlibat bentrok. Saat Indonesia bertanding di Malaysia pun pernah terjadi bentrokan serupa. Hal ini seharusnya sudah bisa diantisipasi oleh PSSI selaku tuan rumah dan pihak keamanan.

Selain karena hasil pertandingan, kejadian clash antarsuporter itu membuat saya sedikit khawatir. Takutnya suporter Indonesia dilarang hadir di Stadion Nasional Bukit Jalil saat pertandingan kedua antara Malaysia vs Indonesia, 19 November 2019. Sebab saya sudah berencana untuk ikut nonton langsung di sana.

Niat ini sebenarnya sudah cukup lama, tapi karena ada kendala yang malas untuk diurus maka tidak kunjung terlaksana. Barulah ketika Indonesia ditakdirkan bertemu tim-tim Asia Tenggara di Kualifikasi Piala Dunia 2022, keinginan saya makin menggebu.

Saya memang pada akhirnya mengincar ikut tandang ke Malaysia, bukan Thailand atau Vietnam yang juga satu grup. Selain karena ongkosnya lebih murah, pengalamannya bakal lebih menantang. Balik lagi karena gengsi dan sejarah yang pernah terjadi sebelumnya.

Pada akhirnya Indonesia, dalam hal ini PSSI, "hanya" dihukum denda oleh FIFA. Kita masih bisa menggelar laga kandang yang dihadiri suporter dan suporter kita juga tidak dilarang untuk tandang.

Namun niat saya sedikit mengendur karena hasil yang diraih timnas begitu mengecewakan. Selang 5 hari setelah kekalahan dari Malaysia, Indonesia dipermalukan Thailand, 0-3. Lalu saat melawat ke UEA, anak asuh Simon McMenemy kalah telak 5-0. Pun saat menjamu Vietnam kita kalah 1-3.

Otomatis peluang Indonesia untuk lolos kualifikasi tertutup. Lalu untuk apa saya ke luar negeri nonton timnas yang sudah tak punya harapan dan bukan tidak mungkin akan kalah lagi?

Saya mencoba bertanya di Twitter pada Pangeran Siahaan, pandit sepak bola kawakan Tanah Air, soal apakah dirinya akan tetap hadir di Malaysia saat tandang. Ia menjawab dengan mantap, "Oh sudah pasti. Bagian yang paling tidak menarik dari away day adalah pertandingannya."

Away day adalah saat di mana suporter bertandang ke stadion lawan tanding. Tidak sedikit suporter sepak bola yang bahkan lebih memilih ikut away day dibanding hadir di "stadion sendiri".

Jawaban Pange mengindikasikan bahwa dalam away day, yang seolah sudah menjadi kultur tersendiri dalam sepak bola, pertandingan adalah nomor ke sekian. Kenikmatan paling utama adalah apa yang suporter lakukan di tribun, atau mungkin sepanjang perjalanan ke dan dari kandang lawan itu.

Saya pun pada akhirnya tergerak untuk menjajal away day dan mencoba merapat ke salah satu basis suporter timnas Indonesia, yaitu La Grande Indonesia (LGI). Mereka menyediakan tur ke Malaysia dan saya langsung mendaftar tur tersebut.

Oh sudah pasti. Bagian yang paling tidak menarik dari away day adalah pertandingannya. - Pangeran Siahaan

Fokus Kawal Garuda
Untuk laga nanti, FAM (PSSI-nya Malaysia) menyediakan total 75 ribu tiket, di mana kuota untuk suporter Indonesia 2.500 lembar tiket. Namun dikutip dari Bolasport, kuota akan bertambah hingga 4.500 tiket sesuai regulasi 5 persen dari kapasitas stadion, asal 2.500 tiket itu terjual habis.

Harga yang dipatok untuk suporter Indonesia cukup mahal, yakni 220.000 rupiah. Nantinya semua suporter Indonesia akan dikonsentrasikan di gate E, sesuai hasil pertemuan antara kepolisian Malaysia dengan Aliansi Suporter Indonesia di Malaysia (ASIM).

Berkaca dari kejadian di SUGBK September lalu, FAM mewanti-wanti suporter tamu dan tentunya suporter tuan rumah sendiri agar bisa menjaga kondusivitas di dalam dan luar stadion.

Kiki, salah satu pengurus LGI menyebut tidak ada persiapan khusus karena memang ini bukan kali pertama mereka tandang ke Bukit Jalil. Pengalaman "bersenggolan" dengan suporter Malaysia di sana bukan hal baru. Paling tidak, masing-masing dari anggota yang ikut harus bisa menjaga diri.

Tidak hanya LGI, beberapa basis suporter timnas juga mempersiapkan rombongannya. "Dari LGI sendiri ada 29 orang yang away ke Malaysia. Rombongan lain yang sudah konfirmasi itu ada Ultras Garuda (UG) dan CN45 (Curva Nord 45) juga," kata Kiki.

Soal akan adanya bentrok antarsuporter di pertandingan tersebut, Kiki menyatakan tidak menutup kemungkinan. Ya lagi-lagi mengingat kejadian yang lalu. Namun intinya LGI akan menjaga diri selama mereka aman di sana.

"Kalau kita 'dicolek', kita pasti balik 'colek'. Nge-chants sih tetap nge-chants, ini mengenai harga diri bangsa ya."

Kabarnya Ultras Malaya (UM, suporter timnas Malaysia) bersiap melakukan psywar kepada suporter tamu sejak di stasiun-stasiun MRT. Sebagai antisipasi, LGI berkoordinasi dengan ASIM dan UG akan menyewa bus untuk mengangkut rombongan dari penginapan ke stadion.

"Mending kalau mau ribut pas balik aja, pas berangkat kan kita fokus kawal Garuda," kata Kiki di grup WhatsApp "LGI Tur Malaysia".

 Menyoal timnas Garuda sendiri, saya sebenarnya berupaya untuk optimis di laga nanti. Sebab saya menilai Malaysia bukanlah tim kuat dan Indonesia sebenarnya memiliki pemain dengan skill yang lebih baik.

Namun masalahnya, Malaysia baru saja sukses meraih kemenangan atas tim terkuat Asia Tenggara saat ini, Thailand, dengan skor 2-1. Mungkinkah Indonesia mampu mencuri tiga poin dengan kondisi tanpa pelatih kepala, setelah Simon McMenemy dipecat PSSI? Hmmm...

Mudah-mudahan timnas Indonesia tidak "menodai" debut away day saya, dan tentu saja semoga perjalanan suporter kita di negeri orang bisa berlangsung aman terkendali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun