Mohon tunggu...
M. Hafizhuddin
M. Hafizhuddin Mohon Tunggu... Aktor - Kang Apis

Anggota Komunitas Tidur Berdiri di KRL

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Neil Armstrong dan Bola Sepak di Ruang Angkasa

20 Juli 2019   07:50 Diperbarui: 23 Juli 2019   08:13 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: shutterstock/multifocus)

Hampir tiap hari, atau mungkin memang setiap hari, saya mengakses laman Google untuk keperluan pekerjaan. Hal yang menarik saat membuka Google tentu saja Google Doodles yang muncul untuk memperingati suatu peristiwa di hari itu.

Pada edisi 19 Juli 2019 mereka mengambil momen 50 tahun pendaratan Apollo 11 di Bulan untuk pertama kali, yang membawa Neil Armstrong, Buzz Aldrin, dan Michael Collins mencetak sejarah. 

Jika Doodles tersebut diklik, Anda akan disuguhkan sebuah video animasi yang menceritakan perjalanan Apollo 11 sejak lepas landas pada 16 Juli 1969 hingga mendarat pada 20 Juli 1969. Dipandu narasi yang dibawakan Michael Collins.

"That's one small step for [a] man, one giant leap for mankind." menjadi kalimat historis yang keluar dari mulut Armstrong ketika kakinya berpijak di Bulan.

Di hari itu, Amerika Serikat merasa puas karena bisa "mengalahkan" Uni Soviet. Sebab delapan tahun sebelumnya Soviet lebih dulu mengutus Yuri Gagarin untuk menjadi astronot pertama yang terbang ke luar angkasa. Gagarin berhasil bertahan di luar angkasa selama 108 menit dan mendapat banyak penghargaan.

Hingga saat ini tidak sedikit orang yang masih menyangsikan kebenaran peristiwa 50 tahun lalu itu. Tentu saja banyak yang beranggapan bahwa Armstrong dan Buzz tak benar-benar mendarat di Bulan. Baik foto, video, dan berkas pendukung lainnya disebut hasil rekayasa AS yang tak ingin kalah dari Uni Soviet untuk urusan eksplorasi ruang angkasa. 

Terlepas dari isu tersebut, ada rumor lain yang juga menarik perhatian saya sebagai penikmat sepak bola. Dilansir dari Newsxind, Armstrong dikabarkan ingin membawa bola sepak ke Bulan. Namun hal itu ditentang NASA. Alasannya? Sepak bola dinilai "enggak Amerika banget".

Memang menilik sejarahnya, alih-alih menggunakan kata "football", mereka menyebut sepak bola sebagai "soccer". Bagi AS, football adalah bola berbentuk lonjong berwarna coklat yang dimainkan dengan tangan dan para pemainnya menggunakan helm, yang kita kenal sebagai american football atau rugby. Sepak bola bukan olahraga mereka.

Saya sendiri tidak bisa memastikan kebenaran soal rumor tersebut, karena hingga tulisan ini dibuat tidak ada referensi resmi yang bisa didapatkan. Tidak ada pernyataan dari Armstrong sendiri ataupun NASA.

Sepak Bola ke Luar Angkasa

(sumber: ESPN/Mike Bollacke)
(sumber: ESPN/Mike Bollacke)
28 Januari 1986, pesawat ulang-alik Challenger milik NASA meluncur pada misinya yang kesepuluh. Sebelum itu, seorang awak keturunan Jepang bernama Ellison Onizuka terlebih dulu "dititipi" bola sepak oleh anaknya, Janelle Onizuka yang bergabung dalam Lady Falcons, klub sepak bola Clear Lake High School.

Ellison memang dikenal sangat suportif terhadap Lady Falcons. ESPN dalam sebuah tulisan feature-nya menceritakan bahwa Ellison berusaha untuk tidak melewatkan satupun laga klub itu jika tidak sedang dalam karantina. Bahkan ia sempat menjadi asisten pelatih.

Bola tersebut kemudian disimpan Ellison di ruang kabin dan menemani para astronot yang berjumlah 7 orang untuk menjalankan misinya. Bola bekas latihan yang sudah ditandatangani oleh Janelle dan rekan-rekan setimnya itu juga disertai tulisan "Good Luck, Shuttle Crew". 

Sayangnya sesuatu yang tak diharapkan terjadi. Baru pada detik ke-73 setelah lepas landas, Challenger meledak di udara dan menewaskan seluruh awaknya. Satu-satunya "survivor" dalam peristiwa tersebut adalah bola sepak lusuh yang ditemukan mengambang di Samudera Atlantik. Dilaporkan Dailymail, NASA mengembalikan bola itu kepada keluarga Ellison.

Lorna Onizuka, sang istri, menolak menyimpannya dan memilih menyerahkan pada Clear Lake High School. Pihak sekolah kemudian memajangnya untuk memperingati tragedi kelam itu.

Setelah tiga dekade berlalu, bola tersebut akhirnya berhasil melayang di angkasa. Shane Kimbrough, astronot yang menjadi komandan dalam misi Expedition 50 membawanya ke International Space Station (ISS) atau stasiun luar angkasa pada 2016 hingga 2017. Kimbrough merasa memiliki keterikatan karena ia juga ayah dari seorang anak laki-laki yang menjadi pesepak bola di sekolah yang sama.

Bola tersebut menghabiskan waktu selama 173 hari di ISS dan mengorbit Bumi kurang lebih hampir 3 ribu kali. Saat bola sedang melayang di jendela stasiun dengan latar pemandangan Bumi, Kimbrough berpikir betapa berartinya hal ini bagi keluarga Ellison sehingga ia mengabadikannya dalam beberapa foto yang kemudian diunggah di media sosial. 

"Saya merasa terhormat. Mengenang para kru Challenger sangat penting bagi kami semua di korps astronot, dan kami semua di NASA, dan saya berharap ketika bola ini kembali ke Clear Lake High School, akan menjadi pengingat untuk generasi mendatang," ujar Shane dikutip dari situs NASA.

Pada akhirnya bola bersejarah itu menjadi salah satu "prasasti" di Clear Lake High School, dilalui oleh ribuan murid, termasuk salah satunya cucu Ellison.

(sumber: ESPN Front Row)
(sumber: ESPN Front Row)
Mengilustrasikan Sepak Bola di Bulan
Di masa depan, NASA ingin berbuat sesuatu yang lebih dari sekadar menginjakkan kaki di Bulan seperti yang sudah dilakukan Armstrong. Presiden AS Donald Trump pada Mei lalu siap menggelontorkan dana tambahan untuk NASA agar bisa kembali ke Bulan bahkan Mars, dengan cara yang lebih spektakuler. Ditargetkan misi tersebut dapat dicapai tahun 2024.

Bagaimana jika astronot bermain sepak bola di Bulan?

Dirk H. Lorenzen dalam sebuah artikel di dw.org sepuluh tahun lalu menyebut bukan tidak mungkin sepak bola dimainkan di Bulan. Hari ini mungkin hal tersebut masih sekadar fantasi, tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya mengingat ambisi para penjelajah ruang angkasa dan teknologi terus berkembang.

Dirk mengilustrasikan bagaimana jika sepak bola dimainkan di Bulan. Perbedaan paling mendasar tentu saja minimnya gravitasi di sana. Perbandingan gravitasi bulan terhadap bumi sekitar 1:6, yang berdampak pada semakin tinggi dan semakin lamanya bola melayang. Secara alamiah, para astronot (atau pemain) juga akan melompat lebih tinggi.

Dalam benak Anda pasti sudah terbayang situasi pertandingan sepak bola dengan pemain yang jarak lompatannya besar dan bola yang melayang-layang dalam adegan slow motion.

Menarik kita nantikan penjelajahan para angkasawan yang akan mencetak sejarah baru di Bulan (dan Mars) tahun-tahun mendatang. Apakah Lunar Soccer/Football akan terwujud?

Referensi:
- NASA Astronaut Ellison Onizuka's Soccer Ball that Survived the Challenger Explosion
- The incredible story of the soccer ball that survived the 1986 Challenger explosion
- Football on the Moon?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun