Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

"Adios Jokowi", Begitu Kata Kubu Prabowo, Bisakah?

9 Januari 2019   20:57 Diperbarui: 10 Januari 2019   13:35 1487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana diskusi di halaman kantor Seknas Prabowo-Sandiaga di Jakarta|Dokumentasi pribadi

Rocky sendiri melihat, ada tren dari keinginan besar publik untuk mempunyai neo amigos, karena yang adios mengkhianati. Jadi ada semacam gairah untuk melihat pemimpin yang baru. Bukan yang lama. Dan, itu segaris lurus dengan makin menurutnya elektabilitas Jokowi. Kata Rocky, Jokowi menurun karena timnya sendiri. Dalam kata lain, Jokowi dikeroposi timnya sndiri.

"Sebab tiap kali para buzzer menyerang saya elektabilitas Pak Jokowi turun 0 koma sekian persen per detik, karena menyerang personal, di serang, disebut pembully, pemfitnah. Karena dari dalam sendiri yang melakukan itu, bukan saya yang membuat elektabilitas Pak Jokowi turun," kata Rocky.

Saat ini, kata Rocky, petahana dalam posisi menyerang. Seluruh energi dikeluarkan. Ini ajaib katanya, karena yang harusnya menyerang adalah oposisi. Mungkin karena elektabilitasnya yang turun.

Rocky pun kemudian menyentil soal debat capres yang akan digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU). Katanya, tak ada yang bisa dibanggakan Jokowi dalam debat nanti dari kinerjanya selama memimpin. Misal kalau membanggakan angka pertumbuhan ekonomi 5 persen, bagi Rocky itu bukan prestasi. Padahal di era SBY, pertumbuhan lebih dari itu.

"Seluruh prestasi yang diklaim oleh rezim hanya pertumbuhan 5%, dibawah SBY. Kalau dibawah yang sebelumnya berarti tidak lulus. Pertumbuhan 5% kita tak perlu kabinet karena dihasilkan oleh emak-emak dan ojek online," kata Rocky, cukup menyengat.

Pun soal jalan tol. Kata Rocky, siapa pun bisa membangun jalan tol. Bedanya gratis atau enggak. Jadi konsep jalan tol itu tugas negara membangun jalan.

"Pemimpin itu adalah dia yang visioner. Mampu mendeteksi masa depan. Karena itu perlu visi misi. Bukan yang ada di teks tapi yang ada di otak," katanya.

Jadi kata dia, tidak bisa hanya sekedar baca visi dalam debat. Tapi bahasa tubuh tidak visioner. Itu sama saja, menonton kecengengan. Sebab kalau tubuh tidak visioner otaknya tidak bisa mengucapkan visi.

"Pemimpin itu dituntut duel sampai tingkat dunia. Itu ya g membutuhkan pengetahuan. Amerika, RRC, Australia akan ikut pemilu. Ada di surat suara? Tidak. Jadi capres harus mampu antisipasi arah pikiran partai republik apa, buruh apa, partai komunis Cina apa. Itu tidak boleh sekadar ditulis. Dia harus diulas. Panelis bukan tanya tapi tukang ulas," kata Rocky lagi.

Karena itu ketika penyelenggara pemilu memutuskan visi misi harus ditulis, kata nya, penyelenggara sama saja tidak mengerti apa yang disebut visi misi. Pemilu dengan segala tahapannya, harus dijadikan momentum untuk mengembalikan akal sehat.

"Harusnya KPU sponsori kampus untuk lakukan duel politik. Harus ada yang terkapar. Satu lawan satu dan harus ditentukan siapa yang menang. Enggak usah takut. Kan yang terhina cuma otak," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun