Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Pemilu di Bawah Bayang-bayang Kecemasan

18 Desember 2018   22:41 Diperbarui: 18 Desember 2018   23:20 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana diskusi di Seknas Prabowo-Sandiaga

" Kita awasi secara bersamalah, yang paling penting kan pemilihan umum ini jangan curang, masa beberapa kali pemulihan umum terus curang lagi curang lagi," katanya.

Tim Prabowo sendiri kata Taufik, sudah menelaah dan memetakan  dimana posisi potensi-potensi kecurangan yang bakal terjadi. Dan tim  sudah menyiapkan antisipasinya. "  Satu-satunya jalan kita kawal secara ketat," ujarnya.

Taufik juga sempat menangapi pernyataan Prabowo Subianto tentang negara bakal punah. Menurut Taufik, pernyataan itu adalah cara Prabowo untuk memompa semangat kader Gerindra, agar jangan sampai negara ini punah.

" Yang  mendefinisikan bubar itu seperti apa, kalau negara ini dikuasai asing semuanya? Kita bisa definisikan apa?
Saya kira itu semangat mendorong supaya kader Gerindra semangat untuk memenangkan calonnya Pak Prabowo,  Pak Sandi," ujarnya.

Taufik juga optimistis, kali ini pihaknya yang menang. Karena kalau melihat respon publik, keinginan untuk ganti pemimpin cukup kuat terasa. " Insya Allah kita menang, tidak hanya di DKI Jakarta," kata Taufik.

Sementara Letjen (Purn) Soeharto coba menguraikan persaingan dalam pemilu dengan membandingkan dengan strategi pertahanan. Menurutnya, konsepsi ketahanan dan pertahanan,  hanya copy paste dari apa yang dilakukan  Belanda ketika menguasai Indonesia. Belanda ketika ingin menguasai Indonesia, maka langkah pertama yang dilakukannya adalah menguasai Pulau Jawa.

"  Untuk menguasai Jawa, kuasailah Batavia. Jadi kalau saya lihat konsep itu berlanjut kepada kita sehingga waktu kita merdeka, tentara ini kita fokuskan di Jawa. Padahal masalah keamanan itu jauh terhadi di teritorial, seperti di Aceh Poso, Papua dan lain-lain," katanya.

Maka ini yang harus dirubah. Jawa jangan terlalu diistimewakan, tanpa mengabaikan Jawa. Sehingga tak terjadi disparitas. "  Jadikan Jawa sebagai  pulau masa lalu, bukan artinya kita menelantarkan pulau Jawa," katanya.

Natalius Pigai, dalam paparannya juga menyoroti soal potensi kecurangan dengan modus manipulasi suara. Kata mantan anggota Komnas HAM itu, kalau Prabowo dan Sandiaga ingin menang, maka perolehan suaranya minimal punya selisih 10 persen dari petahana. Atau unggul di atas dua digit. Kalau seperti itu, sulit dilakukan manipulasi suara.

" Kalau selisihnya 10 persen itu bisa menghindarkan manipulasi data akhir perolehan suara. Kalau tidak mau dimanipulasi harus menang dengan selisi dua digit, kalau selisih hanya 1-2 persen rentan sekali dimanipulasi," katanya.

Karena itu kata dia diperlukan kerja keras. Semua elemen pendukung Prabowo harus bahu membahu, agar perolehan suaranya itu selisihnya mencapai 10 persen. Selain itu yang harus dilakukan adalah mengawal proses pemungutan suara. Peran relawan Prabowo-Sandi dalam tahapan ini sangat penting. Relawan yang akan jadi andalan dalam mengawasi secara ketat penghitungan suara di wilayahnya masing-masing, terutama di wilayah rawan kecurangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun