Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mengenang Pilkada Jakarta, Pesta Politik Tanpa Humor

16 Juli 2017   12:02 Diperbarui: 16 Juli 2017   12:12 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hal lain yang membuat Pilkada kurang menarik, semua calon jaim. Terlalu ingin menampilkan sosok yang santun, teratur. Tapi bukan berarti kami juga ingin sosok yang marah-marah. Sungguh, hidup ini sudah bikin marah, jangan tambah lagi kami kian marah.

Karena yang saya cermati selama ini, Pak Anies misalnya, tak pernah saya melihatnya tertawa lepas. Pak Anies terlalu santun. Kami pun, agak segan untuk dekat dan adu guyon. Mas Sandiaga juga demikian, jarang terlihat ngakak. Kata-katanya sama santun dengan Pak Anies. Sama-sama teratur. Banyak retorika. Banyak bumbu, yang kadang kami bosan mendengarnya.

Cobalah membanyol sedikit. Bergurau, dan mendongeng kisah-kisah humor. Saya jatuh cinta pada Gus Dur, pertama karena kecerdasannya menjadikan humor sebagai alat untuk mendekatkan diri. Tapi, walau Gus Dur suka melawak, bukan berarti beliau kehilangan kecerdasannya. Tidak bukan.

Pak Ahok? Ah itu mah jangan diceritakan lagi. Kami agak malas membahasnya. Tapi, sekarang Pak Ahok agak pendiam. Mudah-mudahan dia sedang belajar untuk membanyol. Semoga Tuhan memberi hidayah. Hidayah rasa humor untuk Pak Ahok. Harapan kami pada Mas Djarot. Sebagai orang Jawa Timur, harusnya Mas Djarot bisa jadi seperti Gus Dur. Walau ya, tak mungkin melampuai maqom kyai tukang humor tersebut. Minimal, bisa seperti Kirun atau Cak Lontong.

Mas Agus juga demikian. Sosok tentaranya masih kental. Agak kaku, dan teratur. Agak mirip dengan ayahandanya. Cobalah Mas Agus belajar untuk humor. Belajar guyon dan tertawa ngakak. Sungguh, kalau njenengan bisa humor, kegantengan njenengan tak akan hilang. Tidak akan pudar. Justru itu akan jadi nilai tambah. Toh, pintar humor, tak akan membuat njenengan seperti Budi Anduk. Mas Agus ya Mas Agus. Mayor tentara yang gagah. Suami yang beruntung.

Bu Sylvia juga. Saya lihat, kok masih seperti birokrat banget. Bahasanya prosedural. Kata-kata dan kalimatnya, mirip dengan bahasa peraturan. Saya pikir cobalah untuk rubah sedikit. Sapa kami dengan banyolan. Dan yakinlah, karena bisa humor, bukan berarti kami lupa ibu adalah mantan none Jakarta. Tidak akan lupa, bu. Bahkan kami akan menilai ibu, sosok ibu yang punya nilai lebih. Masih cantik. Pintar. Tapi punya selera humor. Toh, rasa humor tak akan menghilangkan kecantikan ibu bukan?

Awalnya saya berharap Mas Ahmad Dhani bisa lolos jadi cagub. Setidaknya bila Mas Dhani jadi cagub, ada nuansa yang berbeda. Songong dan berpenampilan lain dari yang lain. Belum ada kan, calon gubernur dengan penampilan seperti Mas Dhani? Punya jambul yang menarik.

Selain Mas Dhani, saya juga tadinya berharap Pak Yusril Ihza Mahendra bisa ikut nimbrung bertarung. Pak Yusril, walau pernah jadi menteri sama seperti Pak Anies, tapi memulai langkah yang menarik ketika mulai 'merayu' warga Jakarta. Masih ingatkan baju Mickey Mouse Pak Yusril?

Kami tertawa waktu itu. Kami bisa sedikit ngakak. Kami senang. Tapi sayang, Pak Yusril gagal nyalon, walau sudah berkoar akan maju lewat Partai Demokrat, partai yang sekarang justru menyorong Mas Agus.

Ah, andai saja Pak Anies juga seberani Pak Yusril, tampil beda dengan baju yang bikin kami bisa tertawa. Belum pernah liat kan, Pak Anies pakai baju Mickey Mouse?

Mas Agus misalnya, sekarang punya baju 'kebesaran' dengan tulisan AHY. Mungkin mas Agus ingin mengikuti jejak ayahandanya, populer lewat singkatan nama. Tapi begini mas. Nuwun sewu jika saya kritik. Dengan memakai baju 'AHY', kok saya seperti melihat mas mirip anak buahnya Mas Krisna Murti, reserse polisi yang terkenal dengan baju Turn Back Crime-nya. Sungguh, di mata saya kurang menarik. Baju yang kaku. Sekaku para reserse itu. Cobalah tampil dengan berbeda. Bukan tampil seperti seorang follower. Pengekor. Tukang copy paste. Tak kreatif mas, namanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun