Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Risalah Hati

18 Mei 2022   08:00 Diperbarui: 18 Mei 2022   08:20 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar oleh Sixteen Miles Out via Pixabay

Tubuhnya boleh saja kian merapuh
Tetapi tidak dengan nuraninya

Pikirannya mungkin jua telah menua
Namun tidak dengan firasatnya

Tak pernah sanggup ku tuk mengimbangi
Ketajaman rasa yang mereka punya

Sebab aku hanya sebulir benih
Yang baru saja tumbuh di keheningan malam
Dan jauh tertinggal
Hingga dalam lipatan-lipatan masa yang teramat panjang

Bergantinya waktu telah menempa nalurinya menjadi kian tajam
Setajam bilah pedang yang selalu siap untuk menghujam

Hatinya jua kian bening
Sebening kaca yang selalu sedia memancarkan ketulusan
Dari setiap laku mereka yang terdalam

Namun, di balik kebeningannya ternyata menyimpan kerapuhan
Hingga tak pernah aku berani tuk mengetuk
Sekali pun dengan amat perlahan

Sebab, kala ia telah remuk
Teramat sulit bagiku
Untuk dapat kembali menyulam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun