Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Meneladani Orang Saleh sebagai Cara untuk Meningkatkan Kualitas Diri

9 Mei 2021   09:39 Diperbarui: 9 Mei 2021   10:47 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi persahabatan dengan orang shalih (newsread)

Sebagian 'ulama ahli hikmah berpendapat bahwa sesungguhnya Allah SWT mengaruniakan akhlaq kepada para hamba-Nya sebagaimana Dia membagikan rezeki-rezeki-Nya kepada mereka.

Berdasarkan penjelasan pada maqalah tersebut kiranya kita dapat mengambil pelajaran bahwa ada di antara kita yang oleh Allah SWT dititipkan rezeki dalam jumlah yang begitu banyak. Ada pula yang dititipkan padanya rezeki yang kuantitasnya sedang-sedang saja. Dan ada juga yang diberikan rezeki dalam jumlah yang relatif sedikit.

Sedangkan bentuk rezeki dalam pengertian ini tidak harus selalu hal yang berbentuk materi saja. Namun, ia juga dapat berbentuk kenikmatan-kenikmatan yang lainnya. Misalnya memiliki waktu luang yang dapat kita gunakan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat, memiliki umur yang panjang, mendapatkan kebahagiaan hidup, mendapatkan keselamatan dari marabahaya, memperoleh keluarga yang harmonis, memiliki tubuh dan jiwa yang sehat, dan berbagai bentuk kenikmatan-kenikmatan yang lainnya.

Sebagaimana rezeki yang dibagikan kepada manusia dengan kondisi yang berbeda-beda, hal demikian yang terjadi pada akhlaq seorang manusia. Ada seseorang yang mendapat bagian oleh Allah SWT berupa akhlaq yang sangat luhur. Sehingga siapa pun yang berada di sampingnya pasti akan merasakan kehangatan, merasakan ketenangan, merasa tercerahkan, serta memperoleh kedamaian. Ada pula seseorang yang akhlaqnya biasa-biasa saja sehingga manakala berada di sampingnya serasa tidak memperoleh dampak apa-apa. Dan ada pula seseorang tidak mengenal akhlaq sama sekali sehingga setiap perilakunya cenderung bertentangan dengan nilai-nilai moralitas. Begitu rendahnya akhlaq yang dimiliki oleh pihak ini sehingga ia pun dikenal oleh masyarakat sebagai pribadi yang tidak beradab.

Untuk menyiasati adanya kemungkinan ragam keadaan pada akhlaq manusia tersebut marilah kita hendaknya menilai diri kita secara pribadi agar kita dapat mengetahui sudah berada pada posisi manakah kita saat ini. Hal ini sebagaimana anjuran dari amiirul mu'miniin yakni Khalifah Umar ibn Khattab RA:

"Hitunglah (sendiri amal-amal) kalian sebelum kelak (amal) kalian akan dihisab (oleh Allah SWT)."

Dalam anjuran tersebut terdapat pengertian bahwa hendaknya kita selalu berusaha untuk selalu menghisab, berusaha menilai, berusaha mengukur dan menimbang diri kita sendiri sebelum kita kelak akan dihisab oleh Allah SWT setelah datangnya hari kiamat.

Namun, seringkali yang terjadi pada kebanyakan kita adalah justru sebaliknya. Kita merasa sangat antusias untuk menilai baik buruknya keadaan orang lain sehingga kita justru lupa dengan sikap, dengan perilaku, dan akhlaq diri sendiri yang belum tentu lebih dari mereka yang kita nilai itu.

Keadaan ini kiranya selaras dengan apa yang pernah dikiaskan oleh pepatah kita: 

Kuman di seberang lautan tampak sementara gajah di pelupuk mata tidak terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun