Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pilihan Tempo dalam Membaca Al Quran

27 November 2020   09:15 Diperbarui: 27 November 2020   11:12 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang membaca Al-Qur'an (Masjid Pogung Dalangan, Unsplash) 

Kawan, saat membaca Al-Quran, kita biasanya dihadapkan dengan beberapa pilihan tempo bacaan, yakni cepat, sedang, dan lambat. Selain itu, untuk kasus tertentu mungkin ada yang menambahkan lagi, yakni bacaan dengan tempo ekstra cepat. Dan seringkali manakala kita merasa bacaan kita itu sudah cukup lancar, maka kita pun memilih membaca dengan cara yang cepat.

Sebenarnya untuk beberapa jenis pilihan tempo bacaan tadi tidak ada masalah bagi siapa saja yang hendak mempraktikannya. Mereka boleh memilih salah satu dari metode-metode bacaan itu, metode membaca dengan lambat (tahqiq), sedang (tadwir), maupun cepat (hadar).

Kendati demikian, setelah seseorang mempraktikkan salah satu dari cara membaca itu, kiranya ia juga perlu untuk memperhatikan, apakah ia juga sudah mengevaluasi kualitas bacaannya itu dari hasil metode yang dipraktikkannya selama ini. 

Misalnya, setelah ia membaca dengan tempo yang lambat, apakah caranya itu membuatnya hanya bisa membaca Al-Qur'an dengan tempo yang lambat saja. Atau, jika ia mempraktikkan cara membaca yang cepat, apakah kaidah makharijul huruf maupun tajwidnya masih bisa terpenuhi, dan sebagainya.

Ini hanyalah sebagai bentuk evaluasi secara pribadi, apakah cara membaca Al-Qur'an kita itu telah berubah semakin baik dengan cara yang kita lakukan selama ini, atau justru sebaliknya.

Menurut pengalaman pribadi penulis, dulu ketika masih remaja hingga ketika kuliah di UIN Malang Maulana Malik Ibrahim Malang, penulis seringkali mempraktikkan cara membaca Al-Qur'an dengan tempo yang cepat. 

Sebab waktu itu penulis memiliki program pribadi yakni dalam sehari membaca satu juz, atau mungkin kita kenal sekarang dengan program one day one juz (ODOJ). Alasan penulis melakukan metode baca cepat itu mungkin hampir sama dengan pemikiran orang-orang pada umumnya. Yakni agar bisa lekas menyelesaikan bacaan yang ditargetkan. 

Apalagi waktu itu tugas kuliah juga cukup padat, maka penulis harus mengatur waktu dengan sebaik mungkin agar sekian tugas dapat terlaksana semua. Dan salah satunya--menurut pemahaman penulis waktu itu--adalah dengan cara membaca cepat. 

Cara ini terus penulis praktikkan hingga perkuliahan menginjak pada pertengahan semester kedua. Pada pertengahan semester itu, penulis mendapat semacam wejangan dari seorang kawan penulis yang hafal Al-Qur'an. Sebut saja namanya Cak Sholihin. 

Cak Sholihin telah menasihati penulis bahwa dalam membaca Al-Qur'an itu sebaiknya dilakukan dengan pelan-pelan saja alias tidak perlu tergesa-gesa, meskipun kita sudah lancar dalam membaca Al-Qur'an. Hal ini untuk menjaga akurasi bacaan kita agar tidak banyak yang meleset karena kurang hati-hati saat membacanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun